Sukses

Kata Jokowi Harga Minyak Goreng Turun ke Rp 14.000 Seliter dalam 2 Minggu

Jokowi menegaskan jika sejumlah kebijakan telah diputuskan untuk menjaga kestabilan harga minyak goreng di pasaran.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meyakini jika dalam dua pekan ke depan harga minyak goreng di pasaran sudah sesuai dengan harapan pemerintah. Harga komoditas ini bisa mencapai Rp 14.000 per liter.

“Tapi ini kuncinya sudah ketemu, ini dalam seminggu, dua minggu, Insyaallah yang namanya minyak goreng curah akan berada di harga Rp 14.000 (perliter),” ujar Jokowi melansir laman Setkab, seperti dikutip Senin (23/5/2022).

Jokowi menegaskan jika sejumlah kebijakan telah diputuskan untuk menjaga kestabilan harga minyak goreng di pasaran.

Namun, Kepala Negara mengakui bahwa persoalan minyak goreng bukanlah hal mudah. Sejak Januari 2022 telah terjadi kenaikan harga minyak goreng yang disebabkan adanya kenaikan harga internasional.

“Karena harga minyak goreng terutama di Eropa, di Amerika naiknya tinggi, harga di dalam negeri ketarik (naik harganya),” jelas dia.

Produsen minyak goreng di dalam negeri lebih memilih mengekspor minyak goreng dibandingkan memasok di dalam negeri sehingga terjadi kenaikan harga minyak di dalam negeri karena kelangkaan stok.

Dia kembali menegaskan bahwa saat ini dunia, termasuk Indonesia, dihadapkan pada kemungkinan kenaikan harga pangan dan energi yang signifikan.

“Tidak mudah, terutama dua hal di seluruh negara yang sekarang ini naik semuanya. Yang pertama, energi, energi ini berarti BBM, gas, listrik semuanya naik, semua negara. Yang kedua pangan, naik semuanya,” ujar dia.

Meski tidak mudah, pemerintah terus berupaya agar tidak terjadi lonjakan kenaikan harga di kedua sektor tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Larangan Ekspor

Dia memberikan contoh kebijakan yang ditempuh pemerintah agar tidak terjadi kenaikan harga minyak goreng.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Presiden mengakui telah memutuskan beberapa kebijakan untuk mengatasi persoalan tersebut.

“Akhirnya saya setop, setop minyak goreng enggak boleh ekspor. Tetapi itu juga kebijakan yang tidak mudah,” kata Presiden.

Setelah ekspor minyak goreng disetop, harga tandan sawit jatuh, dan ini terkait dengan 17 juta orang tenaga kerja, baik sebagai petani maupun pekerja.

“Negara ini mencari keseimbangan seperti itu tidak mudah, jangan dipikir gampang, tidak mudah. Begitu juga selain urusan petani, urusan pekerja di sawit, juga urusan income negara,” kata Presiden.

 

3 dari 3 halaman

Terus Pantau

Presiden pun menegaskan akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan ketersediaan dan harga minyak goreng di tanah air.

“Tadi saya cek di Pasar Muntilan, saya mampir di Pasar Muntilan tadi, cek harga berapa per liter Rp14.500. Besok saya mau cek di pasar-pasar yang lain, mungkin dalam waktu seminggu dua minggu saya kira semua pasar sudah harganya seperti itu,” katanya.

Pada kesempatan tersebut, Presiden juga bersyukur dengan harga beras yang relatif stabil dan stok beras yang mencukupi. Dalam tiga tahun terakhir, tambah Presiden, nilai impor beras yang dilakukan oleh pemerintah sangat kecil.

“Biasanya kita impor 1,1 juta sampai 2 juta ton per tahun, sudah tiga tahun ini kita tidak. Ini yang harus dipertahankan. Syukur stoknya bisa kita perbesar. Artinya produktivitas petani itu harus ditingkatkan,” kata Presiden.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.