Sukses

Harga Minyak Mentah Dunia Kembali Bangkit, Berapa Posisinya?

Patokan harga minyak mentah dunia melanjutkan serentetan ayunan liarnya.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia rebound dari kerugian dalam dua hari, didukung pelemahan Dolar Amerika Serikat (AS) dan ekspektasi bahwa China dapat melonggarkan beberapa pembatasan penguncian yang dapat meningkatkan permintaan komoditas ini.

Melansir laman thestar, Jumat (20/5/2022), harga minyak mentah Brent berjangka untuk Juli mencapai USD 112,04, naik USD 2,93 per barel, atau 2,7 persen.

Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Juni ditutup naik USD 2,62, atau 2,4 persen menjadi USD 112,21 per barel.

Patokan harga minyak mentah melanjutkan serentetan ayunan liarnya. Tercatat, harga minyak mentah Brent dan AS naik hampir USD 5 per barel dalam rentang beberapa jam, pulih dari kerugian awal minggu ini.

"Pasar sangat fluktuatif," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Dia mengatakan jika pasar bereaksi terhadap semua jenis berita utama yang berbeda dari jam ke jam, dan pergerakan di pasar minyak dari hari ke hari semakin dibesar-besarkan.

Di China, investor mengamati dengan cermat rencana untuk melonggarkan pembatasan virus corona mulai 1 Juni di kota terpadat Shanghai. 

Pembukaan kembali diyakini dapat menyebabkan rebound permintaan minyak dari importir minyak mentah utama dunia.

Pasar minyak juga rebound karena dolar melemah. Indeks dolar luas tercatat turun 1 persen pada hari ini setelah naik baru-baru ini.

Patokan minyak sering bergerak terbalik terhadap dolar karena sebagian besar transaksi minyak mentah global ditangani dalam Dolar AS, sehingga kenaikan greenback membuat minyak mentah lebih mahal bagi importir besar.

Namun, kenaikan minyak mentah terbatas, dengan Brent dan benchmark AS diperdagangkan dalam kisaran karena jalur permintaan yang tidak pasti.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kekhawatiran Investor

Investor, khawatir tentang kenaikan inflasi dan tindakan yang lebih agresif dari bank sentral, telah mengurangi eksposur ke aset berisiko.

"Brent tampaknya disematkan di atas USD 100 tetapi saya pikir risiko resesi dan semua kekhawatiran tentang permintaan China membatasi kenaikan dan akan terus berlanjut," kata Bill Farren-Price, Kepala Penelitian Makro Minyak dan Gas di Enverus di London.

Bayangan kemungkinan larangan Uni Eropa atas impor minyak Rusia telah mendukung harga. Bulan ini UE mengusulkan paket sanksi baru terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus".

Itu akan mencakup larangan total impor minyak dalam waktu enam bulan, tetapi langkah-langkah tersebut belum diadopsi, dengan Hongaria di antara kritikus paling vokal dari rencana tersebut- 

3 dari 3 halaman

Harga Minyak Kemarin

Harga minyak berbalik arah dan turun lebih dari 2 persen pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta). Anjloknya harga minyak setelah data pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan penyulingan di Negeri Paman Sam tersebut meningkatkan produksi minyak sehingga meredakan kekhawatiran akan krisis pasokan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (19/5/2022), harga minyak mentah Brent turun USD 2,41 sen atau 2,4 persen menjadi USD 109,52 per barel.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 2,5 sen atau 2,2 persen menjadi USD 09,85 per barel.

Harga minyak mentah Brent menetap di bawah WTI pada perdagnagan Selasa untuk pertama kalinya sejak Mei 2020 dan masih diperdagangkan secara tidak biasa karena permintaan ekspor yang kuat dan pengetatan stok minyak mentah AS.

Persediaan minyak mentah AS turun 3,4 juta barel pekan lalu. Ha ini karena penyulingan meningkatkan produksi dalam menanggapi persediaan produk yang ketat dan ekspor mendekati rekor yang telah memaksa harga solar dan bensin ke tingkat rekor di Amerika Serikat.

Penggunaan kapasitas produksi minyak di Pantai Timur dan Pantai Teluk berada di atas 95 persen, menempatkan kilang tersebut mendekati tingkat pengoperasian setinggi mungkin.

“Sementara di muka itu, laporan itu luar biasa bullish, mereka (pemurni) berlomba untuk menempatkan produk yang lebih halus di pasar ... jelas ada respon penyuling,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.

Nilai tukar dolar AS menguat dan saham global mundur pada hari Rabu karena kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi memperburuk sentimen.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.