Sukses

Lebaran Usai, Lonjakan Inflasi Menghantui

Sejumlah harga pangan yang merangkak naik seperti harga minyak goreng, harga kedelai yang tinggi dan harga beras yang sudah mulai naik harga juga menjadi pendorong inflasi.

Liputan6.com, Jakarta Minggu ini tercatat semua berbagai aktivitas perekonomian kembali normal setelah libur panjang Lebaran 2022, seperti diketahui dengan menurunnya kasus harian Covid-19, pemerintah tahun ini melonggarkan berbagai syarat untuk bepergian termasuk mudik yang mengakibatkan tingginya mobilitas masyarakat sebelum dan sesudah periode Lebaran.

Di awal tahun 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan harga atau inflasi tahunan per Desember 2021 sebesar 1,87 persen. 

Angka tersebut merupakan angka inflasi tahunan tertinggi dalam 2 tahun terakhir. Penyumbang inflasi terbesar datang dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan kenaikan sebesar 1,6 persen, diikuti oleh komponen transportasi yang datangnya dari angkutan udara dengan kenaikan sebesar 0,6 persen. 

Keadaan kian diperparah dengan masih berlangsungnya perang Rusia - Ukraina yang menyebabkan harga sejumlah komoditas global dan energi yang semakin melejit tinggi.

“Dengan munculnya varian Omicron Covid-19 beberapa bulan lalu ditambah dengan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, tentu bukan hal yang mudah bagi Indonesia untuk menahan laju inflasi, kita tetap perlu mengapresiasi kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan pemerintah sampai saat ini dalam melakukan pemulihan ekonomi nasional," kata CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (18/5/2022).

Sejumlah harga pangan yang merangkak naik seperti harga minyak goreng, harga kedelai yang tinggi dan harga beras yang sudah mulai naik harga juga menjadi pendorong inflasi. 

Kondisi ini memicu kenaikan level inflasi di berbagai negara, serta menahan laju pemulihan ekonomi global yang sedang berlangsung, seperti inflasi Turki yang nyaris menyentuh 70 persen pada April lalu, menembus rekor tertinggi selama 20 tahun terakhir.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lonjakan Inflasi

Lonjakan inflasi yang terjadi sejak tahun lalu tersebut diperparah oleh konflik Rusia - Ukraina yang membuat harga energi dan komoditas semakin meroket. 

Meskipun begitu, keberhasilan kebijakan PPKM dalam menekan kasus harian akibat Covid-19, membuat beberapa sektor esensial kembali dibuka, sehingga aktivitas ekonomi pun kembali bergeliat, dan mendorong permintaan masyarakat di tengah kenaikan harga komoditas. 

Ditambah dengan kegiatan mudik Lebaran pada tahun ini yang juga turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Terbukti dengan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 yang mampu tumbuh kuat sebesar 5,0 persen (yoy) dan hal ini lebih baik dari beberapa negara lainnya seperti Tiongkok (4,8 persen), Singapura (3,4 persen), Korea Selatan (3,0 persen), Amerika Serikat (4,3 persen), dan Jerman (4,0 persen). Perekonomian global sendiri pada tahun ini diperkirakan tumbuh sebesar 3,6 persen hingga 4,5 persen. 

“Pertumbuhan ekonomi pasca Lebaran juga dipastikan akan lebih tinggi, mengingat pandemi yang sekarang semakin mereda dan juga kebijakan pemerintah dalam melonggarkan aktivitas mudik masyarakat selama Lebaran. Namun, ke depannya pemerintah tetap perlu menjaga harga-harga kebutuhan pokok masyarakat, terutama bahan bakar minyak, gas, dan listrik, mengingat kondisi perekonomian global yang masih belum pulih," tutup Johanna.

3 dari 4 halaman

Masyarakat Boleh Lepas Masker, Awas Inflasi 2022 Meroket

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi telah mengizinkan masyarakat untuk tidak menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan atau tempat terbuka. Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menyebut kebijakan serupa juga telah dilakukan di Uni Eropa.

"Baru-baru ini Uni Eropa juga tidak mewajibkan masker di bandara dan didalam pesawat," kata Bhima kepada merdeka.com, Jakarta, Selasa (17/5).

Di Uni Eropa, kebijakan pelonggaran penggunaan masker disambut positif masyarakat setempat. Walhasil, pemesanan tiket penerbangan meningkat tajam.

"Langkah ini langsung mendapat respon kenaikan tajam permintaan kursi penerbangan di Eropa," kata dia.

Bhima pun berharap, pemerintah mengeluarkan kebijakan lanjutan jika dirasa penyebaran virus semakin terkendali.

"Harapannya pemerintah Indonesia juga segera melonggarkan aturan di transportasi umum, apabila indikator pandemi covid-nya membaik," kata dia.

  

4 dari 4 halaman

Pelonggaran Kebijakan

Di sisi lain, Bhima mengingatkan adanya pelonggaran kebijakan tersebut berpotensi meningkatkan inflasi yang lebih tinggi di semester kedua tahun ini. Sebab kelas menengah atas akan kembali melakukan konsumsi yang jauh lebih tinggi.

"Yang perlu diwaspadai adalah kenaikan inflasi karena kelas menengah atas mulai belanja sehingga dorongan inflasi di semester ke II jauh lebih tinggi," kata dia.

Untuk itu, pemerintah diminta untuk membuat strategi khusus melindungi masyarakat kelas bawah dari ancaman inflasi. Lebih lanjut dia menjelaskan, dari sisi produsen, mereka telah mengalami inflasi.

"Dari sisi produsen sebenarnya sudah terjadi inflasi 9 persen per kuartal I 2022," kata dia.

Sehingga saat ini para produsen tengah menantikan momentum yang tepat untuk menaikkan harga produk. Momen yang dimaksud yakni saat permintaan dari masyarakat kembali tinggi.

"Jadi mereka tunggu momen masyarakat belanja kemudian harga disesuaikan naik," kata dia mengakhiri.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.