Sukses

Citi Indonesia Bekali Pelajar SMK Keterampilan Kelola Keuangan

Banyak generasi muda yang baru memiliki pendapatan sendiri tidak dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan keuangan yang memadai.

Liputan6.com, Jakarta Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menunjukkan terdapat 1,63 juta pelajar SMK yang lulus pada tahun 2021 dengan 57,49 persen di antaranya langsung bekerja dan 16,83 persen berwirausaha.

Sayangnya, generasi muda yang baru memiliki pendapatan sendiri ini tidak dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan keuangan yang memadai.

Hal ini tercermin dari indeks literasi keuangan mereka yang hanya mencapai 15,92 persen. Angka ini jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 38,03 persen, bahkan menjadi kelompok usia dengan indeks literasi keuangan yang paling rendah.

Berupaya membantu generasi muda meningkatkan kemampuan pengelolaan finansial mereka, Citibank N.A., Indonesia (Citi Indonesia) berkolaborasi dengan Prestasi Junior Indonesia (PJI) untuk mengimplementasikan program edukasi literasi keuangan bertajuk JA Personal Finance.

"Berdasarkan data dari laporan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNKLI) 2021-2025, upaya peningkatan literasi keuangan pada kelompok usia produktif, khususnya generasi muda, perlu lebih ditingkatkan agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia," kata Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia, Puni A. Anjungsari dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (13/5/2022).

"Oleh karena itu, kami dengan bangga mendukung pelaksanaan program Personal Finance yang memberikan edukasi seputar finansial kepada generasi muda, khususnya dalam mengelola sumber daya keuangan yang dimiliki secara efektif dan berkelanjutan," lanjut dia.

Berlangsung secara daring sejak bulan Februari 2022, 300 pelajar kelas 11 dan 12 dari SMKN 6 Jakarta, SMKN 15 Bandung, SMKN 9 Semarang, SMKN 8 Surabaya, dan SMK Bintang Persada Denpasar belajar membuat keputusan finansial pribadi dengan mengaplikasikan konsep dasar pengelolaan uang, yaitu memperoleh, membuat anggaran, menabung, membelanjakan, dan mengelola risiko.

Di akhir pembelajaran, mereka ditantang untuk mengkampanyekan urgensi dan kiat pengelolaan keuangan bagi anak muda. Hasilnya, 51 kampanye literasi keuangan yang dipublikasikan menjangkau lebih dari 40 ribu akun di media sosial. 

"Kami percaya bahwa kecakapan keuangan yang lebih baik dapat meningkatkan kualitas keputusan dan pengelolaan finansial mereka dalam rangka mencapai kesejahteraan dan ketahanan keuangan. Hal ini juga merupakan komitmen Citi secara global dalam meningkatkan kemampuan kerja dan peluang ekonomi generasi muda berpenghasilan rendah dan rentan melalui inisiatif Pathways to Progress. Kami berharap kontribusi yang diberikan oleh para nasabah, karyawan, dan seluruh pihak di Citi Indonesia dapat membantu para pelajar untuk meraih masa depan yang lebih baik," jelas Puni.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hasil Survei

Sementara itu, Academic Advisor and Operations Counsel Prestasi Junior Indonesia, Robert Gardiner menambahkan, survei Katadata Insight Center menunjukkan bahwa 59,4 persen generasi Z mengakui pengeluaran mereka lebih besar dibandingkan pendapatan.

Hal ini disebabkan karena hanya 17,7 persen dari mereka yang membagi penghasilan ke dalam pos-pos kecil.

Dalam program JA Personal Finance, para pelajar ditanamkan mengenai pentingnya menyusun anggaran keuangan bulanan dengan menempatkan tabungan sebagai prioritas dan kemudian mengalokasikan uang ke sejumlah pos pengeluaran yang dibutuhkan.

Dengan membuat anggaran secara konsisten, mereka dapat memahami kondisi riil keuangan mereka sehingga termotivasi untuk berkomitmen membelanjakan uang sesuai anggaran demi menjaga keuangan mereka tetap sehat.

"Kami berterima kasih atas dukungan Citi Indonesia terhadap misi kami dalam membekali generasi muda Indonesia dengan keterampilan dasar keuangan yang dibutuhkan untuk menjadi orang dewasa yang mapan dan mandiri secara finansial," ungkapnya.

Program JA Personal Finance memfasilitasi para pelajar untuk dapat menganalisis keterkaitan antara keputusan dan perilaku keuangan saat ini dengan tingkat kesejahteraan di masa depan.

Melalui serangkaian pembelajaran berbasis aktivitas, mereka dilatih untuk memahami konsep dasar pengelolaan uang, tujuan finansial yang sehat, serta risiko finansial dan strategi menghadapinya.

Selama periode program, relawan dari Citi Indonesia terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk berbagi pengalaman dan inspirasi, utamanya seputar ragam layanan keuangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendukung pengelolaan keuangan pribadi.

3 dari 4 halaman

Gubernur BI: Digitalisasi Bisa Bangkitkan UMKM

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan digitalisasi memiliki peran penting dalam pengembangan UMKM. Ini menyangkut cara UMKM untuk bangkit dari kondisi pandemi covid-19.

UMKM di Indonesia dan negara lainnya mampu bertahan dari dampak negatif pandemi akibat adanya transformasi digital. Meski dibarengi juga dengan berbagai tantangan yang menghampirinya.

“Digital platform memiliki peran penting untuk mengangkat bangkit UMKM, digitalisasi membantu untuk mendorong target penjualan sekaligus mengakselerasi inklusi keuangan,” kata Perry dalam International Seminar on Digital Transformation for Financial Inclusion of Women, Youth, dan MSMEs to Promote Inclusive Growth, Rabu (11/5/2022).

BI konsisten dalam mengembangkan UMKM. Dalam hal ini, BI berpegang pada tiga pilar, yakni korporatisasi, pengembangan kapasitas, dan fasilitas pembiayaan.

“Di luar itu BI juga mendorong UMKM menuju akses transformasi digital yang inklusif, dan mendukung masuk terlibat dalam value chain untuk ekosistem digital,” katanya.

“Sehingga bisa memperluas pasarnya, tak hanya dalam negeri tapi juga ke pasar global,” imbuhnya.

Ia menyebut, dalam dukungannya itu ditekankan pada dua hal. Yakni demand atau permintaan dan suplai.

Di sisi demand, pihaknya mendorong peningkatan UMKM untuk bisa lebih kompetitif serta mendrong digitalisasi dalam proses bisnisnya.

“Sementara dari sisi suplai kita bantu dalam memfasilitasi infrastruktur dan mendorong transformasi digital, salah satunya dicontohkan dengan adanya QR Indonesia Standard (QRIS). Ini sangat membantu proses bisnis UMKM,” terangnya.

Ia menyebut, penggunaan QRIS menjadi salah satu pintu masuk bagi pelaku UMKM untuk melirik ekosistem digital. UMKM bisa mengakselerasi inklusi keuangan.

Hingga saat ini diakuinya, sudah ada 16,1 juta merchant yang menggunakan QRIS, dimana 89 persen diantaranya adalah UMKM.

“Tentu ini cara untuk mempromosikan UMKM dalam transformasi digital tak selalu mudah, kita punya banyak tantangan,” katanya.

4 dari 4 halaman

Gandeng Perempuan dan Anak Muda

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan peran perempuan dan anak muda dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Ia ingin kedua kelompok ini turut andil dalam mengakses pembiayaan atau finansial dalam usahanya.

Hal ini sekaligus sejalan dengan pengejaran target inklusi keuangan yang jadi perhatiannya. Bahkan, ini juga diakuinya sebagai fokus dari berbagai negara anggota G20 yang gelarannya dipimpin Indonesia.

Sri Mulyani mengungkapkan banyak perempuan yang terlibat dalam kegiatan ekonomi khususnya sektor UMKM. Namun, ia mengungkap belum banyak perempuan pelaku usaha yang mengakses pembiayaan dari penyedia jasa keuangan.

“Perempuan juga harus kita perhatikan, karena perempuan berperan penting dalam pembangunan ekonomi. peningkatan akses perempuan ke produk jasa keuangan tidak hanya akan mengamankan perempuan dan kehidupan keluarganya tapi memberdayakan dirinya sendiri,” paparnya dalam International Seminar on Digital Transformation for Financial Inclusion of Women, Youth, dan MSMEs to Promote Inclusive Growth, Rabu (11/5/2022).

Ia mengungkap sekitar 11 persen dari GDP global akan bisa diciptakan jika seluruh negara di dunia dan perempuannya mampu berdaya dalam ekonomi. Bahkan jika memaksimalkan potensi lapangan kerja yang tercipta, ia menaksir bisa ada sekitar USD 28 miliar yang diciptakan.

“Di satu sisi kami menyadari potensi besar ini, terutama dalam pemberdayaan perempuan, perempuan sering dikecualikan dari (target) jasa keuangan karena keterbatasan administrasi, sehingga ini bisa menjadi kendala bagi mereka,” terangnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.