Sukses

Penyakit Mulut dan Kuku Merebak, Pengusaha Warteg Takut Ditinggal Pelanggan

Pelaku usaha Warung Tegal atau Warteg dibuat khawatir atas penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkiti ribuan hewan ternak di provinsi Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta Pelaku usaha Warung Tegal atau Warteg dibuat khawatir atas penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkiti ribuan hewan ternak di provinsi Jawa Timur dalam beberapa waktu terakhir. Diketahui penyakit ini menjangkiti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, dan babi.

Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni menyampaikan, penyebaran penyakit mulut dan kuku berpotensi membuat pelanggan kabur. Hal ini karena pelanggan khawatir untuk mengonsumsi aneka makanan olahan daging selama wabah PMK merebak.

"Sementara warteg banyak menyediakan meju makanan yang mengandung daging sapi, kerbau dan lainnya. Seperti bakso yang sebagai bahan isi sayur sop, soto daging, dan oseng lainnya yang kadang kala ada campuran tetelan daging sapi/kerbau," katanya saat dihubungi Merdeka.com, Rabu (11/5).

Maka dari itu, Mukroni meminta pemerintah untuk segera mengatasi wabah penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ternak. Mengingat, jenis penyakit tersebut mudah menular ke sesama hewan.

"Harapan kami pemerintah segera mengatasi masalah ini karena untuk warung makan seperti warteg tentunya akan berdampak pada pembeli atau konsumen untuk menghindari makan-makanan yang mengandung daging," tutup Mukroni.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mentan Pastikan Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Tidak Menular ke Manusia

Sebelumnya, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menyampaikan, penyakit mulut dan kuku (PMK) ini tidak menular ke manusia meski memiliki tingkat penyebaran yang cepat pada hewan. Untuk itu, dia meminta masyarakat agar tidak panik dalam menghadapi wabah penyakit yang menjangkiti hewan ternak tersebut.

"Kita harus maksimal melakukan sosialisasi kepada masyarakat, bahwa penyakit ini tidak menular pada manusia, dan pernyataan ini diperkuat oleh Menkes (Menteri Kesehatan) saat ratas (rapat terbatas) bersama Presiden tadi dan ini menjadi hal yang sangat penting," ungkap Mentan Syahrul dalam keterangannya, Selasa (16/5).

Mentan Syahrul mengatakan, bahwa pihaknya melalui Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) di Surabaya tengah melakukan penelitian lanjutan untuk memastikan tingkat dan jenis serotype PMK yang teridentifikasi di sejumlah daerah di Jatim ini.

"PMK ini masih dalam penelitian lab veteriner kita di Surabaya secara maksimal, sehingga kita bisa identifikasi ini pada level berapa, jenisnya seperti apa, kita harap hari ini atau besok akan keluar hasilnya," terangnya.

Syahrul merinci dengan hasil laboratorium tersebut, pemerintah akan lebih mudah menentukan vaksin yang tepat. Ia berharap penentuan vaksin dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam negeri. Dengan ini ia memastikan penanggulangan PMK dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

 

3 dari 4 halaman

Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak Ganggu Pasar Daging, Bulog Waspada

Direktur Umum Perum Bulog Budi Waseso mewaspadai ancaman Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak, yang berpotensi mempengaruhi suplai daging sapi dan kerbau di pasaran.

Kekhawatiran itu bisa saja terjadi jika wabah tak tertangani dalam beberapa bulan mendatang. Pasalnya, saat ini PMK menginfeksi sejumlah hewan ternak di Jawa Timur (Jatim). Dampaknya pun akan signifikan terhadap sektor industri peternak nasional.

Kendati begitu, pria yang akrab disapa Buwas tersebut coba optimistis pemerintah bakal cepat menangani penyebaran wabah PMK.

"Kita bilamana nanti dari Menteri Perdagangan menyatakan akibat dari perkembangannya penyakit. Tapi saya yakin tidak berkembang, tidak mungkin lah pemerintah kita membiarkan penyakit ini terus berkembang dan berdampak pada permasalahan suplai (daging kerbau dan sapi)," ungkapnya di kantor pusat Bulog, Jakarta, Selasa (10/5/2022).

Menurut dia, pemerintah belum memperkirakan penyakit mulut dan kuku hewan ternak ini menyebar luas dan memberi dampak negatif ke sektor peternak. Namun, akan ada penugasan baru yang dijalani BUMN Pangan bila kemungkinan terburuk terjadi.

"Tapi kita tak berpikir sampai yang terjadi yang terburuk, hingga (berpengaruh ke) suplai daging. Tentunya pemerintah akan melaksanakan penugasan. Tapi tidak harus Bulog, bisa juga yang lainnya. Prinsipnya pemerintah itu memperhitungkan," tutur dia.

Buwas pun memastikan daging kerbau yang diimpor dari India tidak terinfeksi PMK. Sebab, daging kerbau yang diimpor melewati proses pemeriksaan laboratorium yang ketat, sebelum di jual di pasar Tanah Air.

4 dari 4 halaman

Kementan Siapkan Strategi untuk Atasi Penyakit Mulut dan Kuku Hewan

Masyarakat tidak perlu khawatir dengan adanya penyakit mulut dan kuku pada hewan (PMK) akhir-akhir ini masif terjadi. Tingkat penyebaran mengalami peningkatan yang terbilang signifikan. Tetapi ini hanya terjadi pada hewan, tidak akan tertular kepada manusia. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menegaskan akan melakukan sejumlah strategi untuk menekan penyebaran penyakit ini ke hewan ternak.

“Kita harus maksimal melakukan sosialisasi kepada masyarakat, bahwa penyakit ini tidak menular pada manusia, dan pernyataan ini diperkuat oleh Menkes (Menteri Kesehatan) saat ratas (rapat terbatas) bersama Presiden tadi dan ini menjadi hal yang sangat penting,” ungkap Mentan SYL usai Rapat koordinasi terkait penyakit mulut dan kuku hewan bersama Gubernur Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (9/5).

Selain mendukung penuh upaya pemberantasan dengan menugaskan tim untuk mengecek kondisi lapangan, Mentan SYL juga mengatakan bahwa pihaknya melalui Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) di Surabaya tengah melakukan penelitian lanjutan untuk memastikan tingkat dan jenis serotype PMK yang teridentifikasi di sejumlah daerah di Jatim ini.

“PMK ini masih dalam penelitian lab veteriner kita di Surabaya secara maksimal, sehingga kita bisa identifikasi ini pada level berapa, jenisnya seperti apa, kita harap hari ini atau besok akan keluar hasilnya,” terangnya.

Syahrul merinci dengan hasil laboratorium tersebut, pemerintah akan lebih mudah menentukan vaksin yang tepat. Ia berharap penentuan vaksin dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam negeri. Dengan ini ia memastikan penanggulangan PMK dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.