Sukses

Rupiah Berpotensi Melemah Selasa 10 Mei 2022

Rupiah ditutup melemah pada perdagangan Senin (9/5/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Senin (9/5/2022) Rupiah ditutup melemah 92 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 95 poin di level Rp 14.572.

Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah berada di posisi 14.480. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Selasa, 10 Mei 2022.

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.450 hingga Rp 14.600,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin (9/5/2022). 

Secara internal, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada kuartal I 2022 tumbuh 5,01 persen secara year on year. Pertumbuhan ini ditopang pulihnya sejumlah aktivitas ekonomi pasca-pandemi Covid-19. 

Pertumbuhan signifikan ini juga karena ada low base effect pada kuartal I 2021 yang diketahui ekonomi Indonesia terkontraksi 0,7 persen.

Pada kuartal yang sama 2021 lalu, pertumbuhan ekonomi masih minus 0,7 persen. Inilah yang disebut low base effect atau kecenderungan pertumbuhan dari nilai yang kondisi awalnya rendah.

Meski tumbuh tinggi, perekonomian tanah air secara kuartal menurun bila dibandingkan dengan Kuartal Keempat 2021. Penurunannya sebesar 0,96 persen. 

Dengan pertumbuhan ekonomi ini, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal I 2022 mencapai Rp 4.513 triliun. Sedangkan nilai PDB atas dasar harga konstan Rp 2.819 triliun.

Sedangkan menurut lapangan usaha, 65,74 persen PDB berasal dari sektor industri, perdagangan, pertanian, pertambangan, dan konstruksi. 

Sementara itu berdasarkan komponen pengeluaran distribusi, PDB kuartal I 2022 berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi.

Pergerakan mobilitas penduduk pada kuartal I 2022 juga sudah sangat baik. Kondisi ini memberi dampak positif kepada pertumbuhan produksi, konsumsi, dan investasi.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dolar AS Menguat

Sementara Rupiah melemah, Dolar AS menguat terhadap semua mata uang utama karena penguncian Covid di China, percepatan inflasi dan memburuknya prospek pertumbuhan ekonomi global akibat perang di Ukraina serta Bank Sentral global yang akan menaikan suku bunga.

Perdana Menteri China Li Keqiang pada akhir pekan memperingatkan tentang situasi pekerjaan yang "rumit dan serius" ketika Beijing dan Shanghai memperketat pembatasan penduduk. Selain itu dari segi Ekspor China pada April melambat menjadi 3,9 persen dalam dolar dari tahun sebelumnya.

The Fed harus menaikkan suku bunga lebih agresif dan mengambil risiko resesi jika masalah rantai pasokan tidak mulai surut, Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari mengatakan pada Jumat, ketika ia menegaskan kembali pembuat kebijakan dengan tajam mengamati seberapa jauh suku bunga harus naik di atas tingkat netral.

Fokus ekonomi utama AS berikutnya adalah data inflasi harga konsumen pada Rabu. Ini diharapkan menunjukkan tekanan harga naik pada kecepatan tahunan 8,1 persen pada April, tepat di bawah pembacaan Maret 8,5 persen, menurut estimasi median ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Bank Sentral Eropa (ECB) juga harus menaikkan suku bunga depositonya kembali ke wilayah positif tahun ini, kata kepala bank sentral Prancis, Francois Villeroy de Galhau. Komentar yang menunjukkan dukungannya untuk setidaknya tiga kenaikan suku bunga pada 2022. 

Pembuat kebijakan ECB Joachim Nagel juga mengatakan jendela waktu bank sentral untuk menaikkan suku bunga dalam menanggapi rekor inflasi tinggi perlahan-lahan ditutup, dalam indikasi ia mendukung langkah tersebut lebih cepat daripada nanti.

3 dari 4 halaman

Masih Terdampak The Fed, Rupiah Melemah ke 14.520 per Dolar AS

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Senin pagi ini. Pelemahan nilai tukar rupiah dibayangi sentimen kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).

Pada Senin, 9 Mei 2022, rupiah bergerak melemah 40 poin atau 0,27 persen ke posisi 14.520 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.480 per dolar AS.

"Pergerakan rupiah masih cenderung stabil walaupun mendapat tekanan dari dolar AS yang sedang kuat menyusul kenaikan nilai suku bunga oleh The Fed," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara.

Indeks dolar AS naik untuk minggu kelima berturut-turut minggu lalu dan menyentuh level tertinggi hampir 20 tahun setelah The Fed menaikkan suku bunga acuannya 50 basis poin pada pekan lalu.

Sementara itu, data pekerjaan AS yang solid memperkuat spekulasi bank sentral akan melakukan kenaikan besar lebih lanjut.

"Faktor penggeraknya sejauh ini masih dari luar, seperti kenaikan suku bunga AS dan penguatan dolar AS," ujar Revandra.

Kendati demikian, rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022 dan data inflasi April 2022 yang akan dirilis hari ini juga diperkirakan bisa mempengaruhi pergerakan rupiah.

"Situasi bisa berubah ketika laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal I 2022 dan laporan inflasi Indonesia April dirilis," kata Revandra.

Revandra memperkirakan pada awal pekan ini rupiah akan bergerak di kisaran 14.450 per dolar AS hingga 14.500 per dolar AS.

4 dari 4 halaman

Pelemahan Rupiah Tak Sedalam Ringgit, Rupee, dan Peso

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui bahwa nilai tukar rupiah melemah karena tekanan dari sentimen global. Namun jika dibandingkan dengan beberapa mata uang lainnya, pelemahan rupiah masih kecil.

Perry mencatat, nilai tukar rupiah terDepresiasi sekitar 0,42 persen sampai dengan 16 Maret 2022 dibandingkan dengan level akhir 2021. Angka ini relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi dari mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. Seperti ringgi Malaysia 0,76 persen (ytd), rupee India 2,53 persen (ytd), dan peso Filipina 2,56 persen (ytd).

"Dan alhamdulillah nilai tukar cukup baik yang depresiasi jauh lebih kecil dari negara lain," ujarnya dalam acara konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta pada Rabu 13 April 2022.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.