Sukses

BERANI BERUBAH: Rezeki Daur Ulang Ban Bekas Seniman Wayang

Suparmin Anom Panggah Hastanto adalah seorang seniman wayang yang banting setir menjadi perajin ban bekas.

Liputan6.com, Jakarta- Suparmin Anom Panggah Hastanto adalah seorang seniman wayang kulit. Namun karena saat pandemi sepi pesanan, mau tak mau dia harus memutar otak agar tetap bisa berpenghasilan. Tak lama, terbersit ide untuk berkarya menggunakan ban bekas.

Bermodalkan ban bekas hibahan tetangga, Panggah mewarnainya dan menjadikan ban tersebut suatu karya seni yang tiada duanya. Ban ini juga difungsikannya sebagai kursi serta pot tanaman.

“Dan mengapa saya ambil ban bekas? Karena menurut saya, kalau ban bekas tuh bahan yang mudah dicari. Itu mengapa saya memilih kerajinan dari ban bekas,” tutur dia kepada Tim Berani Berubah.

“Di samping itu, kira-kira karena ini sudah banyak mebel, terutama bahan kayu untuk membuat kursi. Tapi juga enggak apa-apa. Saya juga berlatih membuat kursi,” sambung dia.

Berkat ketekunan dan kreativitas Panggah, dia pun banjir pesanan. Pelanggan menyukai keunikan kursi dan pot ban bekas buatannya. Tak sampai di situ, Panggah juga ingin agar kerajinan ini tak berhenti sampai di situ saja. 

Nantinya, dia ingin bisa mengajarkan para pemuda di daerahnya untuk ikut membuat kerajinan ban bekas ini, serta membantunya memasarkan produknya lebih luas lagi. 

“Kalau nanti sudah jalan, karena ini butuh pemasaran, rencana saya mungkin ada pemuda-pemuda, dari daerah sini yang mau belajar ini. Nanti saya ajari,” ungkap Panggah.

“Kalau saya, yang pertama kemauan dulu. Terus kita berani mencoba. Ada kemauan tanpa berani mencoba ya enggak ada artinya. Terus kalau kita sudah mencoba, jangan takut gagal. Gagal adalah keberhasilan yang tertunda,” dia mengakhiri.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Terjangkau dan Unik

Salah satu pembeli Panggah adalah Sudi Rahayu. Dia mengaku suka dengan kursi dan pot ban bekas buatan Panggah karena keunikan serta harganya yang terjangkau.

“Bentuk dan fungsinya, yang pertama bentuknya itu bagus. Saya tata di depan rumah itu indah lah,” kata dia.

“Dari harganya itu terjangkau. Dan semua orang bisa beli karena ini murah,” lanjut Sudi. 

Pastinya cerita ini menjadi kisah inspiratif untuk pantang menyerah di saat kondisi terpuruk. Yuk, ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.

Program ini tayang di Stasiun Televisi SCTV setiap Senin di Program Liputan6 Pagi pukul 04.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com pada pukul 06.00 WIB di hari yang sama.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.