Sukses

Suku Bunga The Fed Ancam Harga Emas Pekan Ini, Simak Prediksinya

Harga emas gagal bertahan di atas level USD 1.900 per ons pada pekan lalu.

Liputan6.com, Jakarta Harga emas gagal bertahan di atas level USD 1.900 per ons pada pekan lalu. Hal ini karena pasar memiliki reaksi yang sangat tidak menentu terhadap kenaikan suku bunga Fed, setengah poin pada Rabu sementara mengesampingkan kenaikan 75-bps pada pertemuan Juni.

Harga emas turun 1,6 persen, dengan emas berjangka Comex Juni diperdagangkan terakhir di USD 1.883,30 per ounce. Dimana The Fed memiliki salah satu pengumuman yang paling dinanti minggu ini, dan pasar menunjukkannya, dengan Nasdaq membalikkan semua kenaikan langsung dan anjlok 5 persen pada hari Kamis dalam aksi jual satu hari terburuk sejak Juni 2020.

Dikutip dari Kitco.com, Senin (9/5/2022), analis pasar senior OANDA Edward Moya mengatakan, pasar bertanya-tanya apakah The Fed telah membuat kesalahan yaitu membuat resesi di AS tak terhindarkan.

"Wall Street sekarang percaya bahwa The Fed berada di jalur yang ditetapkan untuk memberikan kenaikan suku bunga setengah poin selama beberapa pertemuan berikutnya, dan kemudian Jackson Hole, mereka harus memutuskan apakah akan melanjutkan atau mengubah arah," ujar Moya.

Moya menjelaskan, banyak pedagang berpikir bahwa Fed perlu mempertahankan semua opsi di atas meja untuk memerangi inflasi secara agresif. Tetapi Fed memberi sinyal bahwa mereka percaya inflasi memuncak. Ada ketakutan mungkin Fed membuat kesalahan dan mungkin harus mengirim ekonomi ke resesi jauh lebih cepat.

“Tidak secara aktif mempertimbangkan kenaikan 75 basis poin, bank sentral AS telah mengunci diri dalam pengetatan yang sedikit lebih bertahap,” kata Moya.

Reaksi pasar ini juga bisa menandakan bahwa The Fed kehilangan kredibilitasnya, terutama setelah meremehkan inflasi sebagai peralihan tahun lalu.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dampak Kenaikan Suku Bunga AS

Hal serupa juga disampaikan pakar logam mulia Gainesville Coins Everett Millman. Millman mengatakan Fed menghadapi masalah kredibilitas dengan pelaku pasar. Ada kekhawatiran bahwa Fed dapat menyebabkan resesi dengan menaikkan suku bunga.

Maka, Penting untuk mempertimbangkan hubungan terbalik antara suku bunga dan pengangguran. Pengangguran sangat rendah saat ini. Jika pasar menganggap The Fed bersedia membiarkan pengangguran meningkat untuk menjinakkan inflasi, itu masih bukan hasil yang bagus. Ada ketakutan akan menyebabkan periode yang berkepanjangan.

“Kondisi yang tidak menguntungkan untuk aset berisiko. Ada likuidasi besar-besaran aset berisiko dalam perdagangan pasca-Fed, dengan banyak investor beralih ke uang tunai. Itulah mengapa semua pasar jatuh bersama-sama," kata Millman.

Penting untuk diingat bahwa emas bertahan dengan cukup baik mengingat seberapa tinggi dolar AS. Dan meskipun emas tetap rentan terhadap pullback, tetap bullish.

"Kemunduran memberi emas banyak ruang untuk berlari. Ditambah lagi, tertinggi indeks dolar AS bisa mendekati puncak. Itu akan bagus untuk emas karena membentuk lingkungan makroekonomi yang menguntungkan bagi logam mulia. Tapi harga masih cenderung mengalami peningkatan volatilitas intraday,” jelas Millman.

 

3 dari 3 halaman

Dolar AS

Lanjut Moya, jika dolar AS turun, maka logam mulia akan terus berjuang. Jika kita terus melihat penghindaran risiko di seluruh ekuitas dan jika apresiasi dolar tidak sekuat yang biasa kita lihat, emas akan mulai stabil. Masih ada risiko besar bahwa kita bisa melakukan pergerakan besar lainnya dalam obligasi. pasar, dan emas masih bisa rentan terhadap aksi jual besar terakhir sebelum semuanya berakhir.

Moya memprediksi posisi emas minggu depan ada di kisaran USD 1.900-USD 1.920 per ounce, dan level USD1.850 akan menjadi target support pertama, yang jika ditembus, dapat mengirim harga ke USD 1.800.

Sehingga, pasar akan lebih bergantung pada data minggu depan, dan kumpulan data penting yang harus diperhatikan adalah angka inflasi AS mulai April. Salah satu risiko signifikan adalah semakin lama masalah rantai pasokan berlangsung dan perang di Ukraina berlanjut, semakin menghambat pertumbuhan.

“Itu sulit untuk prospek inflasi. Saya tidak yakin kita akan melihatnya mereda secara signifikan," ujar Moya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.