Sukses

Harga Minyak Melonjak ke USD 112,83 per Barel karena Kekhawatiran Pasokan

Harga minyak Brent dan WTI berada di jalur kenaikan minggu kedua berturut-turut, didukung oleh proposal Uni Eropa untuk menghentikan impor minyak dari Rusia.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik untuk sesi ketiga berturut-turut pada penutupan perdagangan hari Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Kenaikan harga minyak ini mengabaikan kekhawatiran penurunan pertumbuhan ekonomi global.

Harga minyak naik dampak rencana sanksi Uni Eropa kepada Rusia. Rencananya, Uni Eropa akan menyetop impor minyak dari Rusia. Hal ini akan membuat pasokan minyak mentah di dunia jadi lebih ketat.

Mengutip CNBC, Sabtu (7/5/2022), harga minyak Brent berjangka naik 1,75 persen atau USD 1,94 menjadi USD 112,83 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,83 persen menjadi USD 110,24 per barel.

Brent dan WTI berada di jalur kenaikan minggu kedua berturut-turut, didukung oleh proposal Uni Eropa untuk menghentikan impor minyak mentah dari Rusia dalam 6 bulan ke depan dan produk olahan minyak Rusia pada akhir 2022.

Uni eropa saat ini tengah mengubah sanksi yang diberikan kepada negara anggota sehingga semuanya ikut ambil bagian. Selama ini memang ada beberapa negara enggan untuk ambil bagian memberikan sanksi kepada Rusia.

“Embargo UE yang membayangi minyak Rusia memiliki dampak menekan pasokan yang akut. Bagaimanapun, OPEC+ tidak berminat untuk membantu, bahkan ketika reli harga energi memacu tingkat inflasi yang berbahaya," kata analis PVM Stephen Brennock. 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keputusan OPEC+

Mengabaikan seruan dari negara-negara Barat untuk menaikkan produksi lebih banyak, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutu termasuk Rusia, atau lebih dikenal dengan kelompok OPEC+, terjebak dengan rencananya untuk menaikkan target produksi Juni sebesar 432.000 barel per hari.

Namun, beberapa analis memperkirakan bahwa kenaikan produksi aktual dari OPEC+ jauh lebih kecil dari rencana sebagai akibat dari kendala kapasitas.

“Tidak ada kemungkinan anggota tertentu memenuhi kuota itu karena tantangan produksi berdampak pada Nigeria dan anggota Afrika lainnya,” kata analis senior Asia Pasifik OANDA Jeffrey Halley.

Panel Senat AS telah mengajukan RUU yang dapat mengekspos OPEC+ ke tuntutan hukum atas kolusi dalam meningkatkan harga minyak.

Investor pasar komoditas melihat bahwa kenaikan harga minyak ini dampak dari permintaan yang lebih tinggi dari Amerika Serikat pada musim gugur ini karena Washington mengumumkan rencana untuk membeli 60 juta barel minyak mentah untuk persediaan daruratnya.

 

3 dari 3 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Global

Kekhawatiran permintaan pada tanda-tanda melemahnya ekonomi global membatasi kenaikan harga minyak dunia.

Bank of England pada hari Kamis memperingatkan bahwa Inggris berisiko mengalami resesi ganda dan inflasi di atas 10 persen karena menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak 2009, naik seperempat poin persentase menjadi 1 persen.

Dan pembatasan ketat Covid-19 di China menciptakan hambatan pada kuartal kedua untuk ekonomi terbesar kedua di dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.