Sukses

Harga Emas Turun 3 Pekan Berturut-turut, Dampak Kebijakan The Fed

Harga emas di pasar Spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.880,86 per ounce tetapi masih turun sekitar 0,8 persen untuk periode 1 minggu.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Namun jika dihitung secara mingguan, harga emas mengalami tertekan. Penurunan terjadi selama tiga pekan berturut-turut karena kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil dari surat utang AS.

Mengutip CNBC, Sabtu (7/5/2022), harga emas di pasar Spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.880,86 per ounce tetapi masih turun sekitar 0,8 persen untuk periode 1 minggu. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,3 persen menjadi USD 1.882 per ounce.

Nilai tukar dolar AS naik selama lima pekan karena benchmark imbal hasil surat utang AS bertahan di dekat level tertinggi sejak November 2018.

Analis logam mulia IG Yeap Jun Rong menjelaskan, ada beberapa sentimen yang menjadi katalis melawan harga emas. Salah satunya adalah prospek kebijakan moneter ketat yang mendorong imbal hasil obligasi dan dolar AS terus menguat. Hal ini beradu dengan risiko stagflasi yang meningkatkan status safe-haven dan daya tariknya sebagai lindung nilai dari inflasi.

“Dengan itu, harga emas tampaknya mengalami periode keragu-raguan sampai salah satu kekuatan pendorong mengambil kendali harga yang lebih besar.” jelas dia.

Investor pada hari Jumat mempertimbangkan data non-farm payrolls AS. Tercatat dalam data Biro Statistik Tenaga Kerja bahwa non-farm payrolls AS tumbuh sebesar 428 ribu pada April 2022. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones yang ada di angka 400 ribu.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keputusan The Fed

The Fed atau Bank Sentral AS pada hari rabu menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar setengah persentase atau 50 basis poin. Kenaikan suku bunga ini terbesar dalam 22 tahun.

“Saya tidak akan terkejut melihat angka upah di atas konsensus lainnya, dan ini mungkin tidak baik untuk emas karena pasar akan membaca itu sebagai tanda peningkatan peluang kenaikan poin 75 basis poin pada pertemuan the Fed di Juli, ” kata Managing Partner SPI Asset Management Stephen Innes.

Emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung tidak disukai investor saat suku bunga naik.

Pasar saham jatuh karena investor menyatakan kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga dapat merusak pertumbuhan ekonomi global.

"Pasar kembali ke mode penjualan segalanya. Sepertinya jangan melawan The Fed," kata Innes.

3 dari 3 halaman

The Fed Dongkrak Suku Bunga 0,5 Persen

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin atau o,5 persen pada Rabu waktu setempat. Kenaikan suku bunga ini merupakan tertinggi dalam dua dekade.

Langkah kenaikan suku bunga ini yang paling agresif untuk melawan angka inflasi tertinggi dalam 40 tahun.

"Inflasi terlalu tinggi dan kami memahami kesulitan yang ditimbulkan. Kami mencoba bergerak cepat untuk menurunkan kembali angka inflasi," jelas Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell, dikutip dari CNBC, Kamis (5/5/2022).

Powell mencatat, beban inflasi bakal membebani mereka yang berpenghasilan rendah. "Kami sangat berkomitmen untuk memulihkan stabilitas harga." jelas dia.

Ia melanjutkan, kemungkinan besar the Fed masih memungkinkan untuk melanjutkan kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin. Namun ia memastikan tidak akan lebih agresif dari angka yang sudah dilakukan saat ini.

Seiring dengan kenaikan suku bunga, the Fed mengindikasikan akan mulai mengurangi kepemilikan aset pada neraca USD 9 triliun. Sebelumnya, The Fed telah membeli obligasi untuk menjaga suku bunga rendah dan uang mengalir melalui ekonomi selama pandemi, tetapi lonjakan harga telah memaksa pemikiran ulang kebijakan moneter yang telah dijalankan tersebut.

Kenaikan suku bunga acuan hari Rabu akan mendorong suku bunga dana The Fed ke kisaran 0,75 persen hingga 1 persen, dan harga pasar saat ini menaikkan suku bunga menjadi 2,75 persen hingga 3 persen pada akhir tahun, menurut data CME Group. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.