Sukses

Siap-Siap, Bunga KPR Bakal Meroket

Bunga KPR dipercaya bakal naik. Hal ini sebagai imbas kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) sebesar 50 basis poin (bps)

Liputan6.com, Jakarta Suku bunga perbankan termasuk kredit pemilikan rumah (KPR) dipercaya bakal naik. Hal ini sebagai imbas kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) sebesar 50 basis poin (bps).

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, bunga KPR biasanya merespon cepat kenaikan suku bunga acuan.

"Yang perlu jadi kekhawatiran adalah naiknya bunga pinjaman di dalam negeri. Paling cepat penyesuaian suku bunga KPR dan kredit kendaraan bermotor," kata Bhima kepada Liputan6.com, Jumat (6/5/2022).

Menurut perhitungannya, yang terdampak peningkatan BI 7 Day Reverse Repo Rate adalah KPR dengan bunga floating. Dia memperkirakan kenaikannya bisa mencapai 1-2 persen di tahun ini, dari 7,5 persen menjadi 9,5 persen.

"Bunga floating KPR diperkirakan akan naik tahun ini. Membuat milenial makin sulit punya rumah," sebut Bhima.

Sebagai catatan, bunga KPR sempat ikut terkerek naik saat BI melakukan pengetatan moneter pada 2018 silam. Kala itu, suku bunga acuan BI7DRRR meningkat 50 bps dari 5,5 persen di Mei 2018 menjadi 6 persen di November 2018.

Alhasil, rata-rata bunga KPR juga melonjak dari 9,49 persen menjadi 10,7 persen.

Kondisi serupa bisa saja terjadi jika Bank Indonesia kembali meningkatkan suku bunga acuan dalam rapat dewan gubernur per Mei 2022 ini. Bhima bahkan memperkirakan, bank sentral bakal mengangkat suku bunga acuan selama tiga bulan beruntun hingga sebesar 75 bps, atau setara 0,75 persen.

"Mei ini mulai 25 bps. Bisa berlanjut 25-50 bps dalam 3 bulan ke depan," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tok! The Fed Menaikkan Suku Bunga, Terbesar dalam 2 Dekade

Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar setengah poin persentase. Ini menjadi langkah paling agresif bank sentral ini melawan inflasi tertinggi selama 40 tahun.

“Inflasi terlalu tinggi dan kami memahami kesulitan yang ditimbulkannya. Kami bergerak cepat untuk menurunkannya kembali," kata Ketua Fed Jerome Powell melalui konferensi pers, yang ia buka dengan pidato langsung yang tidak biasa dengan menyebut "rakyat Amerika."

Dia mengakui beban inflasi ditanggung pada orang-orang berpenghasilan rendah. Namun ditegaskan jika pihaknya sangat berkomitmen untuk memulihkan stabilitas harga."

Dia mengakui jika kenaikan suku bunga 50 basis poin akan berdampak, meskipun kemungkinan tidak ada yang lebih agresif dari angka ini.

Tingkat suku bunga The Fed menetapkan berapa banyak bank membebankan bunga satu sama lain untuk pinjaman jangka pendek, tetapi juga terkait dengan berbagai tingkat utang konsumen yang dapat disesuaikan.

 

3 dari 3 halaman

Obligasi

Seiring dengan kenaikan suku bunga, Bank Sentral mengindikasikan akan mulai mengurangi kepemilikan aset pada neraca senilai USD 9 triliun.

The Fed telah membeli obligasi untuk menjaga suku bunga rendah dan uang kembali berputar melalui ekonomi selama pandemi, tetapi lonjakan harga telah memaksa pemikiran ulang dramatis dalam kebijakan moneter.

Pasar bersiap untuk kedua pergerakan tersebu. Namun gerak pasar diperkirakan akan tetap bergejolak sepanjang tahun.

Investor mengandalkan The Fed sebagai mitra aktif dalam memastikan pasar berfungsi dengan baik, tetapi lonjakan inflasi mengharuskan pengetatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.