Sukses

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sudah Masuk Jalur Positif

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia telah kembali ke jalur positif.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia telah kembali ke jalur positif. Namun, masih ada tantangan pasca pandemi kedepannya.

Ia menyebut yang jadi salah satu tantangan pertumbuhan ekonomi adalah kondisi perang Rusia-Ukraina. Perang itu berakibat pada stabilitas perekonomian di dunia.

"Namun kita beruntung, karena dalam waktu lima semester pertumbuhan ekonomi kembali sudah masuk jalur positif. Jadi ini lebih cepat daripada pada saat krisis yang lain," katanya Menko Airlangga dalam Kuliah Umum di Universitas Trisakti, Selasa (26/4/2022).

Maksudnya, perkembangan ini jika dibandingkan dengan kemampuan Indonesia bangkit dari krisis sebelumnya. Yakni krisis 1998 dan 2008.

Dalam menghadapi krisis akibat Covid-19 kali ini, ia menyebut Indonesia berbeda dengan negara lain. Yakni, terkait kebijakan gas dan rem yang diambil.

"Dan indonesia memang mengambil kebijakan berbeda dari negara lain. Indonesia adalah salah satu negara yang mengambil kebijakan gas dan rem. Yaitu menyeimbangkan pada kehidupan dan penghidupan," kata dia.

"Jadi menyelamatkan nyawa manusia dan menyelamatkan pekerjaan. Nah ini gas rem itu yang dijaga oleh pemerimtah sehingga saat sekarang kemarin perekonomian bisa tumbuh 3,7 persen dan diharapkan di semester 1 ini sudah 5 persen," terangnya.

Sementara, ia mengakui Indonesia punya tantangan dalam mengejar pertumbuhan di semester kedua. Ini akibat cukup tinggi angka pertumbuhan di tahun lalu.

"Semester 2 yang agak berat karena di tahun lalu sudah di 7 persen sehingga baseline-nya menjadi lebih tinggi," ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Didorong Tingkat Aktivitas Masyarakat

Lebih lanjut, Menko Airlangga menaksir pertumbuhan ekonomi bisa ditopang oleh beberapa hal kedepannya. Utamanya melihat kondisi mobilitas masyarakat yang kian membaik.

"Namun kalau kita lihat dari aktivitas (masyarakat) kemacetan sudah luar biasa jadi alhamdulillah juga kita sudah bisa mudik. Dan diperkirakan juga di Indonesia yang mudik 80 juta (orang). Dan khusus dari Jabodetabek 14 juta (orang)," tuturnya.

Ia menyebut, keputusan Presiden Joko Widodo yang memberikan libur massal bisa mengahdirkan ruang bagi masyarakat untuk melakukan mobilitas. Serta, bisa melakukan spending atau belanja.

"Sehingga akan mendorong kegiatan perekonomian. Nah tentu dari berbagai kegiatan tersebut pemerintah terus mendorong dalam pemulihan ekonomi," ujarnya.

 

3 dari 4 halaman

Tekanan Ekonomi

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan, ekonomi seluruh negara di dunia tengah mengalami tekanan yang sangat besar. Bahkan Destry menyebutkan tengah dalam krisis yang sangat parah.

Ada beberapa hal yang mendasari. Pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 masih belum sempurna. Namun kemudian dunia dihadapi dengan kenaikan harga komoditas karena adanya konflik antara Rusia dengan Ukraina.

Belum lagi masih ada tekanan lain yaitu normalisasi kebijakan moneter negara maju salah satunya adalah Amerika Serikat (AS). Hal ini mendorong angka inflasi terus menanjak.

"Saat ini kita mengalami krisis yang sangat parah. Ini memperburuk gangguan pada rantai perdagangan dunia dan meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global," jelas Destry dalam diskusi virtual bertajuk Strengthening Economic Recovery Amidst Heightened Uncertainty, seperti dikutip Sabtu (23/4/2022).

Dari berbagai tantangan tersebut, Dana Moneter Internasional (IMF) pun kemudian memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi hanya 3,6 persen dari sebelumnya 4,4 persen.

Tekanan ekonomi dunia ini mengakibatkan terbatasnya aliran modal ke negara emerging market, seiring dengan meningkatnya risiko capital reversal ke aset-aset safe haven, yang berpotensi memberikan tekanan lebih ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

 

4 dari 4 halaman

Masih Beruntung

Namun Indonesia cukup beruntung. Dampak konflik Rusia dengan Ukraina ke Indonesia tidak terlalu besar. Bahkan Indonesia bisa mendapat beberapa keuntungan dari konflik tersebut karena kenaikan harga komoditas.

"Namun, kita sangat beruntung. Jika kita melihat dampak langsung konflik Rusia dan Ukraina ke Indonesia sangat terbatas. Bahkan dalam batas tertentu Indonesia mendapatkan keuntungan," lanjutnya.

Kenaikan harga komoditas ini membuat ekspor Indonesia melaju kencang. Seperti diketahui, Indonesia adalah negara yang berbasis komoditas. Ekspor Indonesia berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah. Nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat mencapai USD 26,50 miliar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.