Sukses

Rupiah Berpotensi Melemah pada Rabu 27 April 2022

Rupiah ditutup menguat 43 poin pada perdagangan Selasa (26/4/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Selasa (26/4/2022) Rupiah ditutup menguat 43 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 50 poin di level Rp 14.410. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah berada di posisi 14.453.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Rabu, 27 April 2022.

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.400 hingga Rp 14.430,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (26/4/2022). 

Hal tersebut, secara internal dipengaruhi pasar yang terus memonitor perkembangan program pengungkapan sukarela atau tax amnesty jilid II. Nilai harta yang diinvestasikan peserta program pengungkapan sukarela (PPS) atau tax amnesty jilid II  tercatat senilai Rp 4,6 triliun dalam 116 hari pelaksanaan program tersebut.

Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan mencatat hingga Selasa (26/4/2022), terdapat 39.788 wajib pajak yang mendaftar program PPS. Dari mereka, terbit 45.731 surat keterangan sejak PPS dibuka pada 1 Januari 2022.

Total nilai harta bersih yang dilaporkan para peserta PPS sejauh ini mencapai Rp 71,18 triliun. Berdasarkan nilai harta bersih itu, rata-rata harta yang dilaporkan setiap peserta berkisar Rp 1,78 miliar, tetapi nilai harta tersebut tentu akan berbeda-beda dari setiap wajib pajak.

Total aset peserta tax amnesty jilid II terdiri dari Rp 61,2 triliun deklarasi dalam negeri dan repatriasi, serta Rp 5,35 triliun deklarasi luar negeri. Selain itu, terdapat harta yang akan diinvestasikan oleh peserta. 

Nilai investasi tersebut tercatat baru 6,5 persen dari total harta yang dideklarasikan. Nilai investasi itu pun baru berupa komitmen, tidak berarti langsung terealisasi sebagai investasi.

Peserta PPS memiliki pilihan untuk menempatkan investasinya di surat utang negara (SUN) atau secara langsung ke perusahaan yang bergerak di bidang hilirisasi sumber daya alam atau energi baru dan terbarukan (EBT). 

Adapun, perolehan pajak penghasilan (PPh) selama 116 hari PPS berlangsung mencapai Rp 7,2 triliun. Jumlah itu mencakup 10,15 persen dari total nilai harta bersih seluruh peserta tax amnesty jilid II.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Laju Dolar AS

Sementara Rupiah menguat, dolar AS justru melemah pada Selasa tetapi mendekati level tertinggi dua tahun terhadap mata yang lainnya. 

Akibat kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari penguncian COVID-19 China dan laju agresif kenaikan suku bunga AS memberi dolar safe-haven dorongan.

Komentar Hawkish oleh berbagai pembuat kebijakan bank sentral selama minggu sebelumnya juga meningkatkan kemungkinan pengetatan kebijakan suku bunga yang agresif. 

Federal Reserve AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga setengah poin pada masing-masing dari dua pertemuan berikutnya.

Kekhawatiran ini tidak hanya mendorong investor ke greenback tetapi juga menyebabkan pasar ekuitas banyak dijual dan imbal hasil Treasury AS turun. Sementara itu, perang di Ukraina yang dipicu oleh invasi Rusia pada 24 Februari terus berlanjut. 

3 dari 4 halaman

Nilai Tukar Rupiah Tertekan Kebijakan Suku Bunga The Fed

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak melemah pada awal perdagangan Senin ini. Pelemahan nilai tukar rupiah ini tertekan pernyataan pejabat Bank Sentral AS atau the Federal reserve (The Fed) yang berencana lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.

Pada Senin (25/4/2022), nilai tukar rupiah bergerak melemah 130 poin atau 0,91 persen ke posisi 14.492 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.362 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS dengan meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Peningkatan ekspektasi pasar tersebut, lanjut Ariston, dipicu oleh pernyataan sejumlah pejabat bank sentral, termasuk Gubernur The Fed Jerome Powell pada pekan lalu, yang mendukung kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 basis poin pada rapat berikutnya untuk memerangi inflasi di Negeri Paman Sam.

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar terhadap sejumlah mata uang utama dunia juga menguat pada pekan lalu menembus ke atas angka 101, level tertinggi sejak April 2020.

4 dari 4 halaman

Tekan Indeks Saham di Asia

Naiknya ekspektasi suku bunga acuan AS tersebut juga telah memberikan sentimen negatif ke indeks saham Asia pagi ini.

"Selain itu, ekspektasi kenaikan inflasi di dalam negeri karena kenaikan harga pangan menjelang Idul Fitri, bisa turut menekan rupiah. Tekanan inflasi bisa menghambat pertumbuhan ekonomi," ujar Ariston.

Ariston memperkirakan rupiah hari ini berpotensi tertekan terhadap dolar AS ke arah Rp14.380 per dolar AS hingga Rp14.400 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp14.340 per dolar AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.