Sukses

Hai Milenial, Hindari 4 Kesalahan Keuangan Ini agar Tak Miskin

4 kesalahan sangat universal yang sering dilakukan anak muda seperti generasi milenial ketika ingin membangun kehidupan keuangan mereka.

Liputan6.com, Jakarta Jalur mengarah kemandirian keuangan atau finansial bukanlah hal gampang. Serta umumnya memerlukan kesabaran serta intensitas semenjak dini.

Bagi kalangan muda yang masih berupaya buat membangun karir mereka, fokus pada masa pensiun ataupun menabung buat masa depan bisa jadi tidak terlihat sebagai hal prioritas utama. 

Nah, berikut merupakan 4 kesalahan sangat universal yang sering dilakukan anak muda seperti generasi milenial ketika ingin membangun kehidupan finansial mereka. Berikut daftarnya melansir CNN, Jumat (21/4/2022)

1. Menunggu sangat lama buat mengawali tabungan pensiun

Merancang pensiun merupakan tentang menciptakan penyeimbang antara menyisihkan duit buat nanti serta mempunyai lumayan duit buat membayar benda saat ini. Namun perencana keuangan memperingatkan kalau harga penundaan dapat besar.

Berkat bunga majemuk, tabungan dalam jumlah kecil juga bisa berkembang secara eksponensial dalam jangka waktu yang lebih lama.

Misalnya, seorang yang mulai menabung USD 100 per bulan pada umur 25 tahun bisa meningkatkan uangnya jadi dekat USD 150. 000 pada umur 65 tahun, dengan tingkatan pengembalian 5 persen.

Sedangkan itu, bila Kamu menunggu sampai umur 35 tahun buat mulai menabung USD 100 per bulan, Kamu hendak memperoleh duit lebih dari setengahnya pada umur pensiun. Namun mayoritas orang tidak mengawali lumayan dini buat menggunakan aspek bunga majemuk itu.

Dalam laporan terkini dari Natixis, 60 persen responden berkata mereka wajib bekerja lebih lama dari yang diperkirakan buat pensiun, serta 40 persen berkata kalau" hendak perlu keajaiban" untuk mereka buat bisa pensiun dengan nyaman.

"Sebagian orang menunda donasi buat pensiun sebab mereka masih mempunyai hutang pelajar, namun alibi yang lebih besar merupakan mereka berpikir pensiun masih jauh, namun bila mereka menunggu sangat lama buat mengawali, mereka bisa jadi butuh mengejar ketinggalan ataupun merancang pensiun nanti," kata Jay Lee, perencana keuangan bersertifikat di Ballaster Financial.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Jadi korban inflasi style hidup

"Inflasi gaya hidup" terjadi kala orang mulai menyangka kemewahan sebagai satu kebutuhan. "Media sosial menghasilkan kemauan ini," kata Nick Reilly, Perencana Keuangan bersertifikat yang berbasis di Seattle.

Ketakutan hendak kehabisan, dikombinasikan dengan mentalitas aku mendapatkannya, sudah menimbulkan lebih banyak Milenial menghabiskan sebagian besar pemasukan mereka buat hal- hal yang membagikan pemenuhan serta status jangka pendek.

Orang berusia muda umumnya menyepelekan berapa banyak yang bisa mereka hemat buat sewa serta makanan, serta bagaimana pengeluaran yang kelewatan bisa secara  menggagalkan rencana keuangan yang lain.

"Tinggal di apartemen daripada gedung dengan lift bisa jadi tidak hendak terasa berbeda kala masih muda, namun dapat mengirit banyak duit," kata Watson.

Dia menganjurkan buat menetapkan biasa sewa 25 persen dari pemasukan kotor bulanan serta biaya konsumsi atau makanan hanya sebesar 15 persen.

 

3 dari 3 halaman

3. Tidak mempunyai tabungan darurat yang cukup

Dana darurat bisa menyelamatkan hari bila kehilangan pekerjaan. Tetapi, orang yang lebih muda terkadang dapat sangat yakin diri serta mengabaikan resiko tidak memiliki dana darurat.

" Tidak mengherankan bila ada  orang berusia muda tanpa dana darurat sama sekali," kata Lee.

Menurut dia, dana darurat bisa jadi penyangga keuangan yang berarti serta bisa menghindari buat terus menjadi terjerat utang.

Jumlah berapa pun sebagai tabungan dana darurat merupakan langkah dini yang baik. Namun biasanya, orang lajang butuh menyisihkan 6 bulan pengeluaran buat kondisi darurat. Buat pendamping berpenghasilan ganda, jumlahnya wajib paling tidak 3 bulan.

4. Menaruh sangat banyak uang pada investasi volatil

Investasi baru semacam NFT, saham meme, SPAC, serta cryptocurrency bisa membagikan kemampuan perkembangan yang menarik. Namun bila melihat sifat volatilitasnya bisa sangat membahayakan kesehatan keuangan.

"Berkat media sosial, mungkin besar melihat seorang bisa jadi kaya dengan kilat dari paling tidak salah satu kesempatan investasi di atas," kata Reilly.

Sebagian perencana keuangan bahkan menyebutnya selaku" Sindrom Barang Berkilau". Investasi berisiko besar serta volatilitas besar terus menjadi menarik untuk investor muda yang mau membangun kekayaan dengan kilat.

Serta bisa membuat tata cara pembangunan kekayaan jangka panjang yang lebih mapan, semacam saham, nampak membosankan.

"Namun sangat beresiko buat memasukkan seluruh duit  ke dalam investasi berisiko besar semacam NFT ataupun cryptocurrency," kata Watson,"

Menurut dia, lebih mempersiapkan yang terburuk daripada mengejar pengembalian paling tinggi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.