Sukses

Produsen Tempe Tahu Belum Bisa Lepas dari Kedelai Impor, Sampai Kapan?

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengaku, produsen tempe tahu di Indonesia saat ini belum bisa lepas dari stok kedelai impor

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengaku, produsen tempe tahu di Indonesia saat ini belum bisa lepas dari stok kedelai impor, khususnya Amerika Serikat (AS). Pemerintah bahkan kini tengah bernegosiasi dengan negara lain untuk tambahan kedelai impor.

"Kalau nanti sesuai spek yang dibutuhkan, ada beberapa negara yang bisa memenuhi dengan harga lebih murah, kita akan datangkan. Tapi sekali lagi saya juga tidak berharap, kita tidak berkegantungan pada impor." tuturnya di Bekasi, Senin (18/4/2022).

Pria yang akrab disapa Buwas ini lantas menceritakan, kebutuhan stok kedelai untuk produksi tempe tahu di dalam negeri kurang lebih sekitar 3-3,5 juta ton.

"Sedangkan sekarang kita baru bisa memproduksi di lokal itu baru 500-600 ribu ton. Berarti kebutuhan impornya masih tinggi, 3 juta ton," ungkapnya.

Oleh karenanya, Ia terpaksa memacu impor kedelai, agar kebutuhan dari rekan pengrajin tempe tahu bisa selalu siap. Langkah ini terpaksa dilakukan supaya harga kedua komoditas pangan pokok tersebut tidak lagi melambung.

"Sehingga nanti tidak ada lagi permainan di lapangan, karena barangnya langka akan dipermainkan dengan harga. Itu akan mempengaruhi produksi dari tempe tahu itu sendiri," sebut dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kerja Sama dengan Koperasi

Perum Bulog juga komitmen bekerjasama dengan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) di seluruh wilayah agar stok kedelai selalu tersedia.

"Pemerintah berharap tidak lagi terjadi gejolak atau keresahan dari pengrajin tempe tahu, yang nantinya sulit mendapatkan kedelai, sulit juga memastikan harganya," imbuh Buwas.

Di sisi lain, ia tak menampik produksi petani kedelai lokal memang terbatas. Pasalnya, jaminan untuk dibeli dengan harga yang pantas belum didapatkan.

"Jadi petani kalau mau menanam kedelai masih rasa angin-anginan, masih maju-mundur. Maka kita tidak bisa swasembada kedelai sementara ini," ujar dia.

"Harapan kita bersama, tentunya nanti impor kita semakin kecil. Tidak mungkin sekaligus tidak impor. ini perlu waktu," tegasnya.

3 dari 4 halaman

Bulog Sebar 100 Ton Kedelai Subsidi Asal AS di Jawa Barat

Perum Bulog melaksanakan pengadaan dan penyaluran perdana kedelai subsidi kepada Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) di Jawa Barat. Pada kegiatan ini, Bulog mendistribusikan 100 ton kedelai impor asal Amerika Serikat (AS).

Penyaluran yang dilaksanakan melalui salah satu gudang supplier kedelai milik FKS Multi Agro Bekasi pada Senin (18/4/2022). Kegiatan ini langsung dihadiri oleh DirekturUtama Perum Bulog Budi Waseso dan Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifudin.

Pada penyaluran perdana ini diberangkatkan sejumlah 8 truk yang mengangkut 100 ton kedelai yang akan disalurkan ke pengrajin melalui Primkopti Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Kuningan.

Budi Waseso mengatakan, kenaikan harga kedelai akan berdampak pada tempe dan tahu selaku salah satu pangan sumber protein yang murah dan dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia.

"Sararan dari program ini adalah pengajin tahu tempe yang tergabung dalam koperasi tahu tempe yang ditetapkan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM. Program penyaluran kedelai ini akan dilaksanakan di seluruh Indonesia," kata pria yang akrab disapa Buwas ini di Bekasi, Senin (18/4/2022).

Untuk itu, ia melanjutkan, pemerintah telah menugaskan Bulog untuk menyediakan pasokan kedelai pada harga yang lebih rendah dari harga pasar. Diberikan selisih Rp 1.000 per kg bagi pengrajin tempe tahu yang tergabung dalam Kopti sasaran.

4 dari 4 halaman

Pengadaan dan Penyaluran Kedelai

Pengadaan dan penyaluran kedelai akan dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari April-Juli 2022 dengan pagu maksimal 200.000 ton per bulan, atau total 800.000 ton.

Pendistribusian kedelai oleh Perum Bulog dilaksanakan bertahap setiap 2 pekan. Pada tahap I, dimulai pada 18 April-29 April 2022, akan disalurkan sebanyak 23.173.650 kg yang akan disalurkan di 13 provinsi dari pagu sebulan 50.536.51 kg.

Adapun 13 provinsi tersebut adalah Aceh, Lampung, Bengkulu, DKI Jakarta,Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Yogya, Bali, Kaltim, NTB, dan Sulsel.

Buwas mengabarkan, sumber kedelai yang akan digunakan dalam program ini adalah komoditas eks impor yang saat ini sudah tersedia di gudang-gudang importir maupun kedelai lokal hasil produksi petani dalam negeri.

"Selanjutnya, jumlah provinsi dan pagu alokasi per tahap akan bertambah setiap dua minggu dengan perluasan provinsi sasaran, penambahan jumlah KOPTI dan pengrajin anggotanya," pungkas Buwas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.