Sukses

Perang Rusia Ukraina Tak Surutkan Orang Plesiran ke Eropa

asih ada yang memesan perjalanan ke Eropa meski di tengah konflik atau Perang Rusia-Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Terjadinya perang Rusia Ukraina menimbulkan beberapa pertanyaan tentang dampak konflik ke dua negara ini terhadap perjalanan ke negara yang berdekatan dengan kedua negara itu, terutama negara Eropa

Dilansir dari CNBC International, Senin (11/4/2022) perusahaan aplikasi pemesanan perjalanan yang berbasis di Kanada, yakni Hopper mencatat adanya penurunan pencarian penerbangan ke Eropa pada awal Februari 2022, bersama dengan kenaikan harga tiket pesawat.

Namun, penasihat perjalanan sekaligus pendiri Runway Travel, yakni Jennifer Griscavage mengatakan dia tidak melihat penurunan antusiasme untuk pemesanan perjalanan ke Eropa atau keberangkatan dari kliennya.

Jennifer bahkan mengungkapkan dia melihat masih ada yang memesan perjalanan ke Eropa meski di tengah konflik Rusia-Ukraina.

"Dampak terbesar yang kami lihat adalah kekhawatiran tentang bepergian ke salah satu negara yang berbagi perbatasan dengan Rusia atau Ukraina," kata Jennifer.

Kekhawatiran itu juga termasuk klien yang memesan perjalanan impian' ke kota pelabuhan Rusia St. Petersburg.

"Sayangnya, jalur pelayaran harus membatalkan pemberhentian mereka di St. Petersburg (jadi) sebagian besar klien kami telah mengubah jadwal pelayaran ini ke 2023," lanjut Jennifer.

Menurutnya, terlepas dari beberapa kekhawatiran ringan, Eropa masih menjadi tujuan liburan bagi sebagian besar klien Runway Travel.

"Italia, Yunani dan Prancis khususnya sangat populer," ungkapnya. 

Menurut laporan Hopper yang berjudul "Bagaimana Perang Rusia-Ukraina Mempengaruhi Perjalanan?" salah satunya ke Eropa, menunjukkan bahwa pencarian penerbangan berada di angka 9 persen - di bawah tingkat yang diharapkan mengingat permintaan tertunda karena penyebaran Covid-19 varian Omicron.

Volume pemesanan kemudian mulai meningkat pada Januari hingga pertengahan Februari 2022 karena Omicron mulai mereda tetapi sekarang telah kembali ke level yang terlihat pada awal tahun.

Tetapi analis harga di Hopper, Adit Damodaran, menyebut hal "itu belum tentu menandai penurunan yang kuat".

"Hanya saja (pencarian) telah meningkat pada tingkat tertentu, tetapi sekarang agak meruncing dan mendatar di bawah yang kami harapkan," bebernya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Eropa Timur Melihat Penurunan Kedatangan Turis

Konflik Rusia-Ukraina tampaknya memiliki dampak yang lebih kecil pada pemesanan perjalanan dibandingkan situasi Covid-19, beber Hopper.

Hopper mengungkapkan, sekitar 20 persen pelanggan aplikasi membeli perlindungan pembatalan pemesanan saat pandemi, sementara hanya 15 persen yang melakukannya selama krisis di Ukraina.

"Bisa jadi kebanyakan wisatawan kita ke Eropa Barat,” kata analis harga di Hopper, Adit Damodaran.

"Jika mereka sudah memesan perjalanan itu, mereka mungkin berpikir, 'Sebaiknya saya lanjutkan saja," ujarnya.

Sementara itu, Komisi Perjalanan Eropa di Brussels mengungkapkan bahwa negara-negara yang berada di dekat zona konflik atau berbatasan dengan Rusia dan Ukraina, telah mengalami penurunan pengunjung yang lebih besar secara keseluruhan karena pandemi. 

Republik Ceko mengalami penurunan kedatangan turis hingga 81 persen tahun lalu dibandingkan dengan 2019, diikuti oleh Finlandia, di -80 persen , Latvia -78 persen, Estonia -77 persen , Slovakia -76 persen, dan Lithuania -74 persen.

Audrey Hendley, presiden Global Travel and Lifestyle Services di American Express, mengatakan sementara daerah yang terkena dampak konflik tidak menjadi tujuan liburan bagi pelanggan, perusahaannya berinisiatif menyumbangkan dana USD 1 juta untuk bantuan dan menyediakan 1 juta kamar hotel untuk pengungsi.

"Ini bukan tujuan besar bagi kami," katanya.

"Namun, setiap tujuan itu penting; setiap pelanggan itu penting," tutur Hendley.

3 dari 4 halaman

Inggris Larang Maskapai dan Jet Rusia Mendarat di Wilayahnya

Dilansir dari The Guardian, Inggris sebelumnya telah memperkenalkan undang-undang baru sebagai tanggapan atas operasi militer Rusia di Ukraina pada 24 Februari 2022. 

Negara itu melarang datangnya pesawat maskapai dan jet pribadi Rusia, bersama dengan pemblokiran pada setiap pesawat yang dimiliki, dioperasikan, atau disewa oleh siapa pun yang terhubung dengan entitas Rusia.

Beberapa waktu lalu, Inggris mengumumkan telah melarang penggunaan jet pribadi milik miliarder Rusia di wilayahnya, dalam sanksi pembekuan aset terbaru atas invasi di Ukraina.

Pengumuman itu disampaikan oleh Menteri Perhubungan Inggris, Grant Shapps.

Jet pribadi tersebut akan tetap berada di bandara Inggris, sementara otoritas setempat menyelidiki lebih lanjut apakah pesawat tersebut bisa dikenakan undang-undang atau sanksi ekonomi yang berkaitan dengan miliarder Rusia.

"Pagi ini saya telah mencegah penggunaan jet lainnya yang memiliki hubungan dengan oligarki Rusia," tulis Shapps di laman Twitter resminya.

4 dari 4 halaman

Inggris Cegah Jet Pribadi Miliarder Rusia Terbang di Wilayahnya

Namun, Departemen Perhubungan Inggris (DFT) tidak mengungkapkan identitas miliarder yang memiliki jet pribadi yang disita.

Sejauh ini, Inggris telah menyita dua pesawat pribadi milik miliarder minyak Rusia, yakni Eugene Shvidler.

Shvidler diketahui merupakan rekan bisnis mantan pemilik klub sepak bla Chelsea, Roman Abramovich yang juga terkena sanksi ekonomi.

Miliarder berusia 5 tahun itu adalah mantan bos dan pemegang saham di perusahaan baja milik Abramovich, Evraz, dan diperkirakan bernilai sekitar 1,2 miliar pound sterling.

Beberapa waktu lalu, sebuah superyacht bernama Phi, senilai 38 juta pound sterling disita di kawasan Canary Wharf, London timur. 

Superyacht itu mendatangi Canary Wharf untuk mengikuti ajang World Superyacht Awards.

Kapal mewah tersebut diketahui dimiliki oleh  pengusaha Rusia Vitaly Vasilievich Kochetkov, yang tidak ada dalam daftar sanksi Inggris.

Sebelum disita, kapal itu terdaftar di Saint Kitts dan Nevis, tetapi berlayar dengan bendera Malta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.