Sukses

Rupiah Berpotensi Melemah Kamis 7 April 2022

Rupiah kembali melemah pada perdagangan Rabu 6 April 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah ditutup melemah 11 poin pada perdagangan Rabu sore, 6 April 2022 meski sebelumnya sempat melemah 20 poin di Rp 14.359. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah berada di posisi 14.348

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah masih berpotensi melemah pada perdagangan Kamis, 7 April 2022.

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Namun, ditutup melemah di rentang Rp 14.340 hingga Rp 14.380,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu (6/4/2022). 

Hal tersebut disebabkan pasar masih terus memantau perkembangan utang pemerintah pada Februari yang terus mengalami peningkatan. 

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat per akhir Februari posisi utang Pemerintah berada di angka Rp 7.014,58 triliun dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 40,17 persen.

Sementara berdasarkan mata uang, utang Pemerintah didominasi oleh mata uang domestik Rupiah yaitu 70,07 persen. Selain itu, kepemilikan SBN oleh investor asing terus menurun sejak 2019 yang mencapai 38,57 persen hingga akhir 2021 yang menyentuh 19,05 persen. 

Adapun per 15 Maret 2022 mencapai 18,15 persen. Penurunan kepemilikan SBN oleh asing terjadi diantaranya akibat ketegangan global serta volatilitas pasar.

Meski masih diliputi ketidakpastian, pemulihan ekonomi pada 2022 diperkirakan akan terus berlanjut. Defisit APBN 2022 yang terus menurun dibandingkan target defisit 2020 dan 2021 menunjukkan upaya pemerintah untuk kembali bertahap menuju defisit di bawah 3 persen terhadap PDB.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pemerintah Jaga Rasio Utang

Seiring dengan hal tersebut, pemerintah juga akan terus menjaga rasio utang, utamanya dengan mengedepankan pemanfaatan pembiayaan non utang, seperti optimalisasi pemanfaatan SAL sebagai buffer fiskal, serta implementasi SKB III dengan BI. 

Upaya lain yang dilakukan Pemerintah adalah melalui pembiayaan kreatif dan inovatif untuk pembiayaan infrastruktur dengan mengedepankan kerjasama (partnership) berdasarkan konsep pembagian risiko yang fair.

Sementara rupiah melemah, dolar AS justru menguat terhadap mata uang lainnya  pada Rabu, di tengah meningkatnya ekspektasi pengetatan kebijakan moneter yang agresif oleh Federal Reserve. AS dan Eropa juga akan memberikan sanksi tambahan terhadap Rusia.

Gubernur Federal Reserve Lael Brainard, sedang menunggu konfirmasi sebagai Wakil Ketua bank sentral AS, yang menyerukan kenaikan suku bunga dan pengurangan cepat ke neraca Fed untuk membawa kebijakan moneter AS ke posisi yang lebih netral akhir- tahun ini.

The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan lalu, kenaikan pertama sejak 2018 dan ekspektasi telah membangun bank sentral akan bergerak lebih agresif pada pertemuannya pada Mei.

 

3 dari 3 halaman

Kurs Rupiah Lesu Gara-Gara Sinyal Kenaikan Suku Bunga

Sebelumnya, nilai tukar rupiah dibuka melemah pada Rabu pagi. Rupiah tertekan pernyataan hawkish pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (Fed).

Kurs rupiah bergerak melemah 23 poin atau 0,16 persen ke posisi 14.371 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.348 per dolar AS.

"Pelemahan pagi ini terlihat karena efek dominan dari penguatan dolar AS yang kembali naik atas optimisme pasar terhadap The Fed karena ada pernyataan semalam terkait proses normalisasi kebijakan ekonomi AS," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Nikolas Prasetia, dikutip dari Antara, Rabu (6/4/2022).

Nikolas menyampaikan The Fed kemungkinan akan melakukan peningkatan suku bunga yang lebih agresif hingga 50 basis poin dalam satu kali kenaikan.

"Selain itu percepatan normalisasi neraca dari bank sentral akan meningkat karena efek stimulus pembelian obligasi AS," ujar Nikolas.

Komentar hawkish para pejabat The Fed mendorong pengurangan yang cepat dalam neraca bank sentral yang membengkak, dengan salah satu dari mereka mengungkapkan keterbukaan terhadap kenaikan suku bunga besar dan kuat setengah poin persentase.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.