Sukses

Harga Bahan Pangan Serba Naik, Angka Kemiskinan Siap-Siap Bertambah

Daya beli masyarakat kelas menengah rentan bakal terganggu dari kenaikan harga berbagai bahan pangan dan energi.

Liputan6.com, Jakarta Daya beli masyarakat kelas menengah rentan bakal terganggu dari kenaikan harga berbagai bahan pangan dan energi. Ini akibat dari kenaikan harga secara hampir bersamaan dan menghadapi momen Ramadhan.

Diketahui, sejumlah harga pangan masih bertahan di harga tinggi, mulai dari minyak goreng hingga cabai rawit merah. Di sisi lain, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11 Persen dan kenaikan harga Pertamax pun terjadi.

"Pukulan bagi daya beli berdampak luas terhadap masyarakat kelas menengah rentan. Ada skitar 115 juta kelas menengah yang disebut aspiring middle class," kata Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada Liputan6.com, Sabtu (2/4/2022).

Ia menyebut kalanhan ini merupakan kelompok rapuh meski disebut kelas menengah. Dengan adanya kenaikan harga pangan dan energi sedikit saja maka bisa turun kelas dibawah garis kemiskinan.

"Semakin kecil pendapatan masyarakat maka semakin besar pengeluaran untuk makanan. Komponen garis kemiskinan sebesar 73 persen berasal dari pangan," kata dia.

Namun, menurut Bhima, kenaikan harga ini tak berdampak pada orang kaya. Kenaikan harga bisa disiasati oleh kalangan itu dengan mengalokasikan dana liburan untuk kompensasi biaya barang yang mengalami kenaikan.

"Selama masa pandemi terjadi juga kenaikan jumlah org kaya di indonesia sebanyak 65.000 orang. Gap ketimpangan makin lebar jika kondisinya terus berlangsung seperti ini," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terus Berlanjut

Lebih jauh, Bhima menaksir tren kenaikan harga akan berlangsung terus menerus. Bahkan ia memprediksi kenaikan terjadi hingga pasca Idul Fitri mendatang.

"betul dan kenaikannya bersifat persisten atau berlanjut, pasca lebaran diperkirakan tren kenaikan harga terus terjadi," katanya.

Ia mengatakan, kenaikan harga dipicu penerapan PPN 11 persen. Ini jadi momentum bagi pedagang yang sebelumnya terdampak pandemi.

"Sebenarnya produsen itu sudah sangat sabar menahan kenaikan harga karena pada kuartal IV 2021 inflasi disisi produsen sudah 8.7 persen cuma mereka takut omset turun kalau buru buru naikan harga. Nah dengan momentum kenaikan PPN, maka penyesuaian harga bisa terjadi secara terus menerus," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.