Sukses

Hadapi Bonus Demografi, Hipmi Ajak Anak Muda Jangan Cuma Bercita-Cita Jadi PNS

Menjadi PR bersama bagaimana menggelorakan anak muda Indonesia, agar berani menjadi pengusaha muda bukan hanya menjadi PNS, TNI atau Polri.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Mardani H Maming mengatakan, jika semua anak muda Indonesia berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) seperti PNS, TNI, atau POLRI, maka negara Indonesia akan kekurangan pengusaha muda.

Dia menjelaskan, sebentar lagi Indonesia akan menyambut era bonus demografi, dimana tahun 2030-2045 menjadi masa emasnya Indonesia, lantaran banyak angka usia muda yang produktif.

“Kalau dia tidak mendapatkan lapangan kerja yang dipersiapkan oleh pemerintah, maka bukan menjadi bonus demografi tapi akan menjadi bencana demografi,” kata Maming dalam Pembukaan Gerakan HIPMI Syariahpreneur Indonesia Oleh Wakil Presiden RI, Selasa (29/3/2022).

Menurutnya, inilah yang menjadi PR bersama bagaimana menggelorakan anak muda Indonesia, agar berani menjadi pengusaha muda bukan hanya menjadi PNS, TNI atau Polri.

“Kalau semua anak muda yang lulus SMA, lulus kuliah berpikir menjadi ASN maka lama-lama negara ini akan bangkrut,” ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Siapkan Pengusaha Muda Muslim

Oleh karena itu, melalui HIPMI Go to Pesantren dan gerakan HIPMI Syariah, pihaknya mendeklarasikan untuk mempersiapkan pengusaha-pengusaha muda muslim yang ada di Indonesia.

“Yang mana organisasi HIPMI bisa bekerjasama dengan Nahdlatul Ulama, yang organisasi terbesar di dunia, dan Kebetulan saya menjadi bendahara nya bisa Sinergi untuk bersama-sama membangun bangsa ini lebih maju ke depan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dia menyebut angka pengusaha muda di Indonesia baru mencapai 3,4 persen, artinya masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara tetangga. Seperti Malaysia sebesar 5 persen, dan Singapura 7 persen.

“Padahal untuk menjadi suatu negara maju, kita butuh 12-14 persen. Kalau 3,4 persen dari jumlah penduduk 270 juta kita baru punya 10 juta (entrepreneur). Kita masih kekurangan 30 juta atau sekitar 40 juta untuk mencapai 12 -14 persen,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.