Sukses

Harga Pertamax Tak Kunjung Naik, Pertamina Bisa Rugi Rp 150 Triliun

Harga minyak dunia dikabarkan terus mengalami kenaikan. Hal ini tentu menjadi pertimbangan Pertamina dalam menyesuaikan harga Pertamax

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia dikabarkan terus mengalami kenaikan. Terbaru, akibat serangan kepada kilang milik Saudi Aramco, harga minyak dunia bahkan tembus ke USD 120 per barel.

Pengamat Minyak sekaligus Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menyampaikan kenaikan harga imbas serangan itu tak akan berpengaruh berkepanjangan. Tergantung seberapa cepat Aramco memastikan kembali suplai minyak yang diproduksinya.

“Tergantung seberapa cepat mereka dapat menanganinya (dampak serangan),” katanya kepada Liputan6.com, Senin (28/3/2022).

Meski bergantung penanganan Aramco, Ia menyebut ini juga jadi faktor pendorong kenaikan harga minyak dunia. Serta, secara berangsur imbasnya akan dirasakan di dalam negeri.

“Saya kira ini menjadi faktor tambahan untuk mendorong harga minyak bertahan pada level tinggi, sudah jelas kita dalam posisi tertekan, kita net importir yang harus ikut harga pasar,” paparnya.

Sementara itu, merespons tren kenaikan harga minyak dunia yang terjadi, Komaidi menilai penyesuaian harga perlu segera dilakukan. Mekanismenya, dengan dilakukan secara bertahap.

“Saya kira penyesuaian harga lebih cepat lebih baik, lebih baik bertahap daripada menyimpan bom waktu,” katanya.

Ia juga menaksir kerugian yang ditanggung Pertamina dengan adanya kenaikan harga minyak dunia menunjukkan besaran yang fantastis. Ini baru mengacu hitungan dari dua jenis bahan bakar minyak yang dijual Pertamina.

“Kalau kerugian dari Pertalite dan Pertamax jika tidak ada penyesuaian dapat mencapai kisaran Rp 130-150 triliun,” ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pasokan Aman

Terkait serangan kepada kilang Saudi Aramco, CEO Aramco Amin Nasser memastikan serangan pemberontak tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap pasokan minyak dari perusahaannya kepada pelanggan.

"Tidak ada cedera atau kematian, dan tidak ada dampak pada pasokan perusahaan ke pelanggan," katanya.

Sebelumnya, gumpalan asap besar terlihat di atas fasilitas minyak di kota Saudi Jeddah pada hari Jumat (25/3). Menurut beberapa laporan media, kelompok Houthi Yaman mengklaim mereka telah menyerang situs Saudi Aramco dengan rudal.

Associated Press menyatakan, terlihat kobaran api di depot minyak. Lokasi kebakaran terjadi di dekat Pabrik Massal Jeddah Utara yang terletak di tenggara bandara internasional kota. Sementara itu, sumber Reuters mengatakan fasilitas Saudi Aramco telah terkena serangan.

Houthi yang didukung Iran mengklaim mereka berada di balik serangan, hal itu disampaikan juru bicara militernya. Mereka juga menggunakan drone untuk menyerang kilang Ras Tanura dan Rabigh, Serangan tambahan tidak dapat dikonfirmasi, menurut Reuters.

Kendati begitu, pihak berwenang Saudi mengkonfirmasi serangan terhadap fasilitas Aramco akhir pekan lalu, dengan pemberontak Houthi menggunakan rudal dan drone untuk menargetkan setidaknya enam lokasi di seluruh kerajaan, termasuk depot bahan bakar Aramco dan pabrik gas alam cair.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.