Sukses

Dolar AS Perkasa, Bawa Harga Minyak Dunia Lebih Murah

Harga minyak diperdagangkan bervariasi pada hari Selasa karena dolar menguat

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak diperdagangkan bervariasi pada hari Selasa karena dolar menguat dan tampaknya tidak mungkin bahwa Uni Eropa akan mengejar embargo minyak Rusia, sehari setelah harga melonjak 7 persen dan juga naik di awal sesi.

Para menteri luar negeri Uni Eropa terpecah tentang apakah akan bergabung dengan Amerika Serikat dalam melarang minyak Rusia. Beberapa negara, termasuk Jerman, mengatakan blok itu terlalu bergantung pada bahan bakar fosil Rusia untuk menahan langkah seperti itu.

“Cukup jelas bahwa ekonomi Jerman akan meningkat sehingga UE mundur dari larangan Rusia,” kata John Kilduff, mitra di Again LLC di New York.

Dilansir dari CNBC, Rabu (23/3/2022), harga minyak mentah Brent turun 14 sen menjadi USD 115,48 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS menetap 36 sen lebih rendah pada USD 111,76. Pada hari Senin, kedua kontrak telah diselesaikan lebih dari 7 persen.

Minyak tertekan oleh dolar AS yang lebih kuat, yang naik sehari setelah komentar dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell menandai pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif.

Dolar yang kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan cenderung membebani selera risiko.

"Kata 'sementara' tentang inflasi adalah memori yang jauh, terutama karena kenaikan harga komoditas," kata Tamas Varga dari broker PVM. "Bank-bank sentral, yang dipimpin oleh Federal Reserve, siap untuk meningkatkan biaya pinjaman secara signifikan."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Faktor Timur Tengah

Awal bulan ini, Brent mencapai USD 139 per barel, tertinggi sejak 2008.

Harga minyak mendapat dukungan dari ancaman pasokan ketika kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran menyerang fasilitas desalinasi energi dan air Saudi.

Pada hari Senin, Arab Saudi mengatakan tidak akan bertanggung jawab atas kekurangan pasokan global setelah serangan oleh Houthi, menandakan meningkatnya frustrasi Saudi dengan penanganan Washington terhadap Yaman dan Iran.

Pasar minyak akan menyaksikan putaran terbaru data inventaris AS. Analis memperkirakan tidak ada perubahan dalam stok minyak mentah. American Petroleum Institute, sebuah kelompok industri, mengeluarkan laporan pasokannya pada hari Selasa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.