Sukses

BI: Pelemahan Rupiah Lebih Baik dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand

Bank Indonesia (BI) melaporkan stabilitas nilai tukar Rupiah di sepanjang tahun 2021 cukup terjaga meski sedikit mengalami pelemahan.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) melaporkan stabilitas nilai tukar Rupiah di sepanjang tahun 2021 cukup terjaga meski sedikit mengalami pelemahan. Tercatat, nilai tukar Rupiah melemah sebesar 1,42 persen secara point to point meski apresiasi 1,60 persen secara rerata.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengklaim, pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut lebih baik ketimbang Thailand 10,35 persen, Afrika Selatan 8,33 persen, Brazil 6,78 persen, Filipina 5,81 persen, dan Malaysia 3,11 persen.

"Nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah kembali ketidakpastian pasar keuangan global," katanya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Selasa (22/3/2022).

Perry melanjutkan, hingga 16 Maret 2022, Rupiah tetap stabil. Yakni, dengan hanya melemah 0,04 persen.

Ke depan, BI memperkirakan stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga. Hal ini didukung defisis transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil investasi domestik yang tetap menarik, dan tingginya cadangan devisa.

"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter, dan likuiditas di pasar," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Media: Merdeka.com

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Inflasi AS Bikin Rupiah Loyo, Kok Bisa?

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi melemah, tertekan komentar agresif Gubernur The Fed Jerome Powell.

Rupiah bergerak melemah 14 poin atau 0,1 persen ke posisi 14.351 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.337 per dolar AS.

"Dolar AS menguat karena Powell mengatakan inflasi terlalu tinggi dan menambahkan bahwa suku bunga dapat meningkat lebih banyak," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures seperti dikutip dari Antara, Selasa (22/3/2022).

Powell pada pidato semalam menyebutkan kekhawatiran inflasi yang terus naik akibat perang di Ukraina, akan mendorong segala upaya bagi The Fed untuk memeranginya, termasuk menaikkan tingkat suku bunga acuan secara agresif.

Powell membuka kemungkinan kenaikan suku bunga lebih besar dari 25 basis poin dalam setiap kebijakannya.

Dengan menimbang tingginya inflasi yang berjalan, hal itu dipandang sebagai langkah agresif dan telah menopang dolar AS menguat.

The Fed telah menaikkan suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin minggu lalu untuk pertama kalinya sejak 2018 karena upaya untuk memerangi kenaikan harga-harga sambil mencoba menghindari kesalahan kebijakan yang dapat mengirim ekonomi AS ke dalam resesi.

Investor sekarang fokus pada potensi kecepatan dan ukuran kenaikan suku bunga di masa depan.

Pada Senin (21/3) lalu, rupiah ditutup menguat 3 poin atau 0,02 persen ke posisi 14.337 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.340 per dolar AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.