Sukses

Harga Minyak Lompat 7 Persen karena Eropa Kaji Embargo Rusia

Pemerintah Uni Eropa tengah mempertimbangkan apakah akan memberlakukan embargo produk minyak Rusia karena negara tersebut telah menginvasi Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak lebih dari 7 persen pada perdagangan Senin dengan Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia naik di atas USD 115 per barel. Pendorong kenaikan harga minyak karena negara Uni Eropa mempertimbangkan untuk bergabung dengan Amerika Serikat (AS) untuk mengembargo Rusia.

Mengutip CNBC, Selasa (22/3/2022), harga minyak Brent naik 7,12 persen dan mengakhiri hari di USD 115,62 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 7,09 persen atau USD 7,42 ke level USD 112,12 per barel.

Pemerintah Uni Eropa tengah mempertimbangkan apakah akan memberlakukan embargo produk minyak Rusia karena negara tersebut telah menginvasi Ukraina. Pertimbangan tersebut dilakukan saat Uni Eropa berkumpul minggu ini dengan Presiden AS Joe Biden untuk serangkaian pertemuan puncak yang dirancang untuk memperkuat tanggapan Barat terhadap Moskow.

“Ini bisa menjadi jurang untuk masalah pasokan global,” kata analis Again Capital LLC John Kilduff.

Ukraina menentang permintaan Rusia agar pasukannya meletakkan senjata sebelum fajar pada hari Senin di Mariupol, di mana ratusan ribu warga sipil telah terperangkap di sebuah kota yang dikepung dan telah dihancurkan oleh pemboman Rusia.

Dengan sedikit tanda-tanda meredanya konflik, fokus kembali ke apakah pasar minyak dunia akan mampu menggantikan pasokan Rusia yang terkena sanksi.

“Optimisme kemajuan dalam pembicaraan untuk mencapai gencatan senjata di Ukraina dan itu membuat harga minyak naik,” jelas analis pasar senior di manajer aset Hargreaves Lansdown yang berbasis di Inggris, Susannah Streeter.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Serangan Houthi ke Kilang Saudi Aramco

Selama akhir pekan, serangan oleh kelompok Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran menyebabkan penurunan sementara produksi di kilang Saudi Aramco di Yanbu. Hal ini menambah kekhawatiran pelaku pasar akan pasokan produk minyak.

Arab Saudi pada hari Senin mengatakan tidak akan bertanggung jawab atas kekurangan pasokan minyak global setelah serangan ini, sebagai tanda meningkatnya frustrasi Arab Saudi dengan penanganan Washington terhadap Yaman dan Iran.

Laporan terbaru dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, menunjukkan beberapa produsen masih kurang dari kuota pasokan yang disepakati.

Harga minyak juga sensitif terhadap pembicaraan tentang Hong Kong yang mencabut pembatasan COVID-19, yang dapat meningkatkan permintaan, dan sebagai tanggapan atas semakin banyaknya perusahaan AS yang mundur dari Rusia - termasuk Baker Hughes, ExxonMobil, Shell, dan BP.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.