Sukses

Terdapat 74 Kecelakaan Pesawat Boeing 737 Sejak 2000, Termasuk di Indonesia

Pesawat Boeing 737 China Eastern Airlinesyang bertolak dari Kunming di Provinsi Yunnan menuju Guangzhou di Provinsi Guangdong jatuh.

Liputan6.com, Jakarta Pesawat Boeing 737 yang diterbangkan maskapai China Eastern Airlines jatuh di Guangxi Zhuang Autonomous Region di wilayah selatan China pada Senin siang (21/3/2022) waktu setempat. Terdapat 132 orang di pesawat jatuh tersebut, termasuk kru. 

Pesawat jatuh Boeing 737 yang bertolak dari Kunming di Provinsi Yunnan menuju Guangzhou di Provinsi Guangdong.

Terkait jenis pesawat ini, Boeing tercatat telah menjual lebih dari 15.000 mesin 737. Ini menjadikannya pesawat komersial dengan penjualan tertinggi dalam sejarah.

Terlepas dari popularitasnya, Boeing telah menghadapi berbagai isus masalah keselamatan di sekitar salah satu versi mesin terbarunya. Seperti pada pesawat Boeing 373 Max dilarang terbang antara Maret 2019 dan Desember 2020.

Berikut catatan terkait isu keselamatan di pesawat Boeing 737 dan varian MAX pada khususnya, melansir laman www.scotsman.com, Senin (21/3/2022).

  • Boeing 737 adalah pesawat bermesin ganda yang pertama kali mengudara pada Februari 1968.
  • Desainnya dipengaruhi oleh Boeing 707, pesawat komersial lain, dengan penampang badan pesawat yang sama, menampung enam kursi sejajar, dan profil hidung.
  • Pesawat yang terbang hari ini adalah generasi keempat dari desain aslinya, tetapi masih ada beberapa yang beredar sejak awal 1970-an.
  • Usia bukanlah indikasi keselamatan, karena tingginya standar perawatan yang harus dilalui pesawat komersial.
  • Orang-orang dapat mengenali desain yang lebih tua ini dengan mesin mereka yang lebih ramping.

Bagaimana catatan keselamatan Boeing 737?

Selain kecelakaan China Eastern Airlines, pesawat Boeing telah terlibat dalam beberapa kecelakaan tingkat tinggi selama beberapa tahun terakhir.

Sejak tahun 2000, telah terjadi 74 insiden yang melibatkan pesawat Boeing, termasuk 13 yang fatal dengan desain generasi terbaru.

Catatan terkait keselamatan seperti pada varian Boeing 737 MAX, dua insiden yang secara khusus memicu larangan terbang Boeing 737 MAX di seluruh dunia.

Yakni kecelakaan pesawat pada Lion Air Penerbangan 610 di 29 Oktober 2018 dan Ethiopian Airlines Penerbangan 302, keduanya 737 MAX 8, keduanya jatuh tak lama setelah lepas landas, menewaskan semua orang di kedua pesawat.

Otoritas penerbangan di seluruh dunia mengandangkan pesawat sebagai tanggapan antara Maret 2019 dan Desember 2020.

Namun, penting untuk dicatat bahwa terlibat dalam insiden semacam itu tidak membuat pesawat menjadi lebih berbahaya.

Boeing 737 generasi terbaru telah menerbangkan 12,5 juta penerbangan aman untuk setiap kecelakaan fatal.

Bahkan, pesaing terdekat Boeing 737, Airbus A320, memiliki catatan keselamatan yang identik menurut data akhir tahun 2019.

Meskipun demikian, insiden tersebut cenderung berdampak pada reputasi Boeing, dengan kecelakaan terbaru di China memicu penurunan harga saham 8 persenpada 21 Maret.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Boeing 737 Max

737 MAX pertama kali mulai terbang secara komersial pada tahun 2017 dan memiliki banyak desain yang sama dengan yang asli.

Namun, perbedaan utamanya adalah MAX memiliki mesin yang lebih senyap dan lebih efisien, dipasang lebih jauh ke depan di pesawat, lebih dekat ke bagian depan sayap. Ini menimbulkan masalah aerodinamis dalam "kondisi penerbangan yang tidak biasa".

Untuk mengatasi ini, Boeing memasang perangkat lunak khusus yang disebut Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS) untuk "memberikan kualitas penanganan yang konsisten".

Menyusul kontroversi seputar dua kecelakaan itu, terungkap bahwa Administrasi Penerbangan Federal di AS tidak sepenuhnya mengetahui sistem baru ini.

Akibatnya, pada Januari 2021, Departemen Kehakiman AS menyatakan Boeing bersalah atas konspirasi untuk menipu Amerika Serikat atas sertifikasi 737 MAX, di mana mereka harus membayar denda dan kompensasi lebih dari $2,5 miliar (USD).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.