Sukses

Harga Cabai Meroket Jelang Ramadan, Ini Sebabnya

Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid buka suara terkait penyebab mahalnya harga cabai dalam beberapa waktu terakhir.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid buka suara terkait penyebab mahalnya harga cabai dalam beberapa waktu terakhir. Di Kabupaten Cianjur misalnya, cabai rawit yang sebelumnya Rp40.000, kini menjadi Rp80.000 per kilogram.

Abdul Hamid mengatakan, kenaikan harga cabai dalam beberapa waktu terakhir diakibatkan oleh faktor cuaca. Mengingat, saat ini, sebagian besar wilayah Indonesia masih dilanda musim penghujan termasuk di daerah sentra produksi cabai.

"Akibatnya mereka tidak bisa panen, Mas. Masih banyak hujan di daerah sentra (produksi)," ungkapnya saat dihubungi Merdeka.com, Jakarta, Sabtu (12/3/2022).

Meski begitu, dia memprediksi kenaikan harga komoditas cabai bersifat sementara. Menyusul, sejumlah daerah sentra produksi lainnya akan memasuki musim panen cabai.

"Di perkiraan (sementara). Karena banyak daerah sentra akan panen raya," tutupnya.

Hal senada juga diungkapkan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Oke Nurwan. Menurunya, kenaikan harga  untuk komoditas bawang merah, cabai merah keriting atau cabai merah besar, cabai rawit merah akibat faktor cuaca.

"Tanaman di sentra produksi banyak yang rusak akibat penghujan yang tinggi saat panen," kata Oke dalam sesi webinar, Sabtu (5/3).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Stok Cabai Aman

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjamin pasokan dan ketersediaan komoditas cabai untuk persiapan bulan suci Ramadhan mendatang dalam kondisi cukup. Bahkan, hingga memasuki hari raya Idul Fitri 1443 Hijriyah.

"Saya pastikan untuk cabai besar maupun cabai rawit semua dalam kondisi cukup," ujar Mentan Syahrul dalam pernyataannya.

Dia menyampaikan, produksi cabai besar berdasarkan prognosa pada bulan Maret ini mencapai 111.669 ton. Sementara untuk kebutuhannya hanya 92.040 ton. Dengan angka tersebut maka neraca bulanan untuk cabai besar mencapai 19,630 ton.

Adapun prognosa untuk produksi cabai rawit mencapai 104.115 ton dengan kebutuhannya mencapai 90.706 ton. Sehingga akan ada surplus 13.409 ton.

"Untuk bulan April pragnosa produksi cabai besar kita mencapai 107,932 ton dan produksi cabai rawit mencapai 112,490 ton. Memang pada bulan ramadan dan idul fitri selalu ada kenaikan harga karena suplay dan demand. Namun kenaikanya masih dalam kendali," katanya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.