Sukses

Gara-gara Sanksi Sulitkan Entitas Rusia Bayar Utang Rp 1.730 Triliun

Entitas Rusia memiliki utang lebih dari Rp 1.730 Triliun pada Bank internasional, dan sanksi keuangan menyulitkan pelunasan.

Liputan6.com, Jakarta - Entitas Rusia memiliki utang lebih dari USD 121 miliar atau setara Rp 1.730 triliun pada Bank internasional.

Hal itu diungkapkan oleh Bank for International Settlements. Sejumlah bank di negara-negara Barat, membeberkan jumlah utang dari entitas Rusia. 

Tetapi karena sanksi keuangan yang dijatuhkan negara Barat, entitas Rusia tidak dapat membayar utangnya di bank-bank internasional -  yang sebagian besar telah menangguhkan operasionalnya di negara tersebut.

Dilansir dari CNN, Jumat (11/3/2022) Goldman Sachs mengatakan mereka mencatat credit exposure di Rusia sebesar USD 650 juta pada Desember 2021.

Bank asal Prancis, Societe Generale juga mencatat credit exposure di Rusia hampir senilai USD 21 miliar pada akhir tahun lalu.

Adapun bank Prancis lainnya yaitu BNP Paribas yang juga mencatat credit exposure Rusia sebesar USD 3,3 miliar.

Sedangkan credit exposure di Rusia yang dicatat bank investasi asal Swiss Credit Suisse mencapai USD 1,1 miliar, dan pinjaman di bank Jerman Deutsche Bank sebesar USD 1,5 miliar.

Deutsche Bank mengatakan telah secara signifikan mengurangi eksposur pinjaman dari Rusia sejak 2014, dengan tindakan lebih lanjut  selama dua pekan terakhir. Citigroup memiliki total eksposur sekitar USD 10 miliar dari Rusia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak Sanksi Keuangan ke Rusia Terhadap Bank di Eropa

Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa situasi ekonomi di Rusia "benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya" dan menyalahkan negara Barat atas "perang ekonomi."

Fitch Ratings memperingatkan bahwa "kualitas aset bank-bank besar Eropa Barat akan tertekan oleh dampak dari invasi Rusia di Ukraina," dan operasi mereka juga menghadapi peningkatan risiko karena upaya mematuhi sanksi internasional.

Di sisi lain, Bank Sentral Eropa menyebut sistem keuangan di wilayahnya memiliki likuiditas yang cukup.

"Rusia penting dalam hal pasar energi, dalam hal harga komoditas, tetapi dalam hal eksposur sektor keuangan, sektor keuangan Eropa, Rusia tidak terlalu relevan." kata Luis de Guindos, wakil presiden Bank Sentral Eropa.

"Ketegangan yang kita lihat sama sekali tidak sebanding dengan apa yang terjadi di awal pandemi," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.