Sukses

Ekonomi Tak Baik-Baik Saja Sebelum Pandemi dan Perang Rusia-Ukraina Berakhir

Berkaca pada catatan 6-7 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi nasional hanya berkisar 5 persen per tahun. Angka tersebut masih lebih kecil ketimbang era Orde Baru.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Rektor Universitas Paramadina Handi Risza menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum masa pandemi Covid-19 sejatinya belum ideal. Adanya konflik Rusia-Ukraina berpotensi makin mempersulit keadaan.

Berkaca pada catatan 6-7 tahun terakhir, Handi menyebut, pertumbuhan ekonomi nasional hanya berkisar 5 persen per tahun. Angka tersebut masih lebih kecil ketimbang era Orde Baru yang bisa mencapai 7-8 persen, atau di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sebesar 6,5 persen per tahun.

"Jadi masih belum ideal. Sesungguhnya ekonomi tidak baik-baik saja sejak sebelum covid, dan mungkin lebih berat setelah covid dan terjadi perang Rusia-Ukraina," kata Handi dalam pernyataan tertulis, Selasa (8/3/2022).

Handi berharap perang Rusia-Ukraina tidak berlangsung lama. Selain karena berdampak buruk bagi ekonomi global, pertikaian itu jelas akan menambah beban APBN, khususnya di sektor energi.

Adapun harga minyak dunia kini telah berada di kisaran USD 120 per barrel, sementara asumsi APBN masih di harga USD 63 per barrel. Kondisi ini otomatis bakal meningkatkan beban subsidi energi.

"Kondisi ini merupakan tantangan kebijakan fiskal yang tidak mudah, dan harus diatasi oleh pemerintah dan DPR," desak Handi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Middle Income Trap

Selain itu, ia juga mewanti-wanti akan ancaman middle income trap. Pandemi Covid-19 telah meluluhlantahkan kondisi perekonomian sejak reformasi 1998. Itu terlihat dengan terjadinya resesi pada kuartal II 2020 hingga kuartal IV 2020.

Ekonomi nasional baru bisa pulih pada triwulan kedua 2021, namun tumbuh minus lagi pada kuartal III 2021. Ditambah biaya recovery Covid-19, yang total melebihi angka Rp 1.000 triliun pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 1 dan 2.

"Defisit juga melebihi batas UU 3 persen menjadi 6,34 persen. Belum lagi nilai utang yang meningkat tajam," ujar Handi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.