Sukses

Bangun Ekosistem Digital, Indonesia Bersaing dengan China hingga Jepang

China, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, semuanya bersaing secara global berusaha membangun ekosistem digital.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki tantangan dalam membangun ekosistem digital. Di sisi lain, banyak negara termasuk China dan Jepang yang juga tengah menggenjot ekosistem digital di negaranya.

Artinya, Indonesia bersaing dengan negara-negara besar dalam misi membangun ekosistem digital. Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menyebut ini perlu jadi perhatian dalam memajukan ekosistem digital.

"Dari sisi tekanan pasar global bagi Indonesia adalah bagaimana membangun ekosistem digital yang efektif dan ini harus kita sikapi bersama," katanya dalam Forum Ekonomi Merdeka, Senin (28/2/2022).

"Negara lain misalnya China, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, semuanya dalam hal melakukan persaingan global berusaha membangun ekosistemnya masing-masing, ini dalam hal persaingan digitalisasi," imbuh Pahala.

Bukan tanpa alasan, Pahala menyebut persaingan global di sektor digitalisasi ini jadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Apalagi, Indonesia diproyeksi jadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi keempat di dunia pada 2045 mendatang.

"Persaingan global tentu adanya digitalisasi dunia jadi borderless, tak ada batasan, indonesia bisa melakukan transaksi e-commerce dari platform global," katanya.

Salah satunya, di sektor ketahanan kesehatan yang jadi perhatian berbagai negara di dunia saat ini saat pandemi.

"Ini bagaimana Indonesia meningkatkan ketahanan kesehatan, ini bagaimana digitalisasi memainkan peran," katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tenaga Kerja Digital

Dengan perkembangan ekonomi digital yang diprediksi akan terus meningkat, Pahala menyebut pada 2030 nanti Indonesia membutuhkan digital talent.

Artinya, di tanah air diperlukam tenaga kerja yang cakap terhadap teknologi untuk mengakselerasi perkembangan ekonomi digital di dalam negeri.

"Diperkirakan akan dibutuhkan 17 juta tenaga kerja di dunia ekonomi digital, yang dibutuhkan nanti bukan hanya programmer, tapi scientist high artificial intelligence specialist," katanya.

Dengan demikian, Indonesia hanya memiliki waktu 8 tahun untuk mencetak talenta-talenta digital untuk mendorong ekonomi digital.

"Ini jadi tantangan bagaimana dalam 8 tahun kita bisa membangun dan mampu menyamakan kemampuan dengan talenta di sektor digital untuk bersaing dengan talenta global," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.