Sukses

Siap-Siap, Ekonomi Sirkular Bakal Jadi Masa Depan

Ekonomi sirkular ini akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk menjadi lebih hijau dan berkelanjutan.

Liputan6.com, Jakarta - Penerapan ekonomi sirkular akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar. Bappenas menghitung penerapan ekonomi sirkular bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi hingga 2,5 persen.

Ketua Bidang Pertanian, Perikanan, Kehutanan, dan Lingkungan Hidup Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Robert Muda Hartawan sangat setuju dengan penerapan Ekonomi sirkular. Hal ini karena akan mempertahankan dan memperpanjang nilai sebuah produk selama mungkin.

"Ekonomi sirkular ini akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk menjadi lebih hijau dan berkelanjutan, tetapi juga membawa manfaat langsung melalui penciptaan pendapatan untuk pembangunan berkelanjutan. Saya yakin ekonomi sirkular ini bisa berdampak bagus untuk perekonomian Indonesia," Kata Robert dalam keterangan tertulis, Senin (28/2/2022).

Dalam kajian Bappenas, penerapan ekonomi sirkular dapat mengurangi limbah pada lima sektor prioritas tersebut sebesar 18 hingga 52 persen dibandingkan hanya dengan skenario business as usual pada 2030.

"Ekonomi sirkular akan menjadi masa depan ekonomi global dan perusahaan. Dengan konsep circular economy, sampah, termasuk makanan, bisa menjadi sumber daya baru. Apalagi kita tahu, setengah dari sampah kota berasal dari sisa makanan," ujar Robert.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Banyak Tantangan

Robert juga menambahkan dengan adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) dengan instalasi carbon capture, utilization, and storage (CCUS) juga dinilainya bisa menjadi solusi dari dampak negatif karbon emisi. Pada 2018, sampah kota menyumbang 43 ribu ton CO2, atau setara dengan 34 persen emisi dari sektor persampahan.

"Untuk penerapan ekonomi sirkular ini, memang tidaklah mudah masih banyak tantangan dan permasalahan. Seperti menghadapi masalah yang sistemik, termasuk di antaranya sampah yang terdiri atas plastik, tekstil, dan makanan. Tetapi Indonesia Perlu mulai menerapkan dan mengkaji lebih serius untuk penerapan ekonomi sirkular ini," tutup Robert.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.