Sukses

Masih Bergantung ke Australia, Harga Daging Sapi Diramal Makin Melambung

Gejolak harga daging sapi bakal terus memanas jika Indonesia masih terus bergantung impor hanya dari Australia.

Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Djoni Liano, menilai gejolak harga daging sapi bakal terus memanas jika Indonesia masih terus bergantung impor hanya dari Australia.

Djoni mengaku sulit memprediksi kapan kenaikan harga daging sapi kini bisa turun. Sebab, Australia merupakan single supplier dari bahan pangan tersebut.

Pemerintah lantas diminta membuka alternatif pasokan dari negara lain. Sehingga terjadi kompetisi harga, dan meredam perubahan harga yang sangat cepat di pasaran.

"Itu kewenangan pemerintah untuk menentukan. Makanya kami menyarankan, kalau pemerintah segera mempercepat, nanti kita akan melakukan komunikasi business to business (B2B). Jadi diselesaikan dulu G2G-nya (government to government), baru B2B-nya," ungkapnya kepada Liputan6.com, Kamis (24/2/2022).

Sebagai single supplier, Australia kini juga tengah menghadapi dilema untuk memenuhi permintaan stok daging sapi di dalam negeri. Sehingga Negeri Kangguru berupaya membatasi ekspor sapinya ke beberapa negara, termasuk Indonesia.

"Kalau cerita bisnis/dagang, kalau dia volumenya dikurangi, permintaan dari beberapa negara tetap, tentu otomatis berlaku pola supply and demand. Jadi harga dari Australia cukup mahal," terang Djoni.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Car Alternatif Impor

Oleh karenanya, Gapuspindo memohon kepada pemerintah supaya mencari alternatif negara lain. Organisasi pengusaha sapi potong ini mengusulkan dua negara yang bisa jadi calon eksportir sapi, Brazil dan Meksiko.

"Ini yang lagi kita diskusikan dengan pemerintah. Kelihatannya pemerintah juga sependapat dengan kita. Karena pemerintah melihat, kalau kita tergantung pada suatu negara dan negara itu menyusun suatu kebijakan yang dia miliki, tentu akan berdampak pada industri ini," bebernya.

Namun, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan juga masih perlu menyusun aturan-aturan yang dipersyaratkan untuk membuka pintu ekspor baru sapi.

"Ini lagi mendiskusikan antar negara mereka. Karena untuk memasukan sapi dari negara ke wilayah Indonesia itu ada persyaratan hewannya, health requirement," pungkas Djoni.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.