Sukses

Menteri Airlangga Ungkap Tantangan Capai Target Ekonomi 2022

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pemerintah membidik pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5,3-5,9 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pemerintah membidik pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5,3-5,9 persen. Ia menyebut sejumlah target yang ditentukan ini merupakan angka yang lebih besar dari kondisi sebelum Pandemi Covid-19.

“Sisi pertumbuhan ekonomi, kisarannya di 5,3-5,9 persen dan sumber pertumbuhan dari sisi pengeluaran konsumsi di sekitar 5 persen, investasi meningkat sekitar 6 persen dan ini selevel dengan sebelum pandemi Covid-19 dan ekspor antara 6-7 persen,” kata Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers terkait Sidang Kabinet Paripurna, Rabu (16/2/2022).

Ia pun menyebut, sektor hilirisasi menjadi perhatian utama dengan tetap memperhatikan permintaan global. Serta di sisi belanja pemerintah akan diprioritaskan kepada peningkatan kualitas SDM.

Diantaranya transformasi kesehatan, kualitas pendidikan, reformasi perlindungan sosial, akselerasi infrastruktur, revitalisasi industri, reformasi birokrasi, hingga ekonomi hijau.

“Tentunya dengan berbagai insentif yang mendukung agar ekonomi hijau bisa berjalan,” katanya.

Kemudian, dari sisi suplai terutama dari industri pengolahan ini yang menjadi tantangan untuk dikembalikan pada pertumbuhan sektor industri pengolahan di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu 5,3-5,8 persen.

Kemudian sektor perdagangan sektor informasi komunikasi, akomodasi makanan minuman dan sektor pertanian.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tantangan Target

Lebih lanjut, Menko Airlangga menyampaikan sejumlah tantangan terkait target pada 2023 mendatang. Yakni ketidakpastian dari Covid-19 dan varian turunannya, kasus inflasi global di sejumlah negara, serta normalisasi kebijakan moneter yang dibaca sebagai kenaikan tingkat suku bunga.

“Kemudian di tahun 2023 diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dari 2022,” katanya.

Dengan begitu, ia memandang perlu ada sumber-sumber pembiayaan baru untuk pertumbuhan ekonomi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.