Sukses

Ekonomi AS Melesat di 2021, Tercepat Sejak Pemerintahan Ronald Reagan

Pengeluaran konsumen melonjak 7,9 persen karena orang Amerika terus berbelanja dan naiknya harga barang dan jasa

Liputan6.com, Jakarta Ekonomi Amerika Serikat (AS) terus pulih dari dampak dahsyat pandemi Covid-19. Biro Analisis Ekonomi AS melaporkan jika Produk Domestik Bruto (PDB) negaranya, yang menjadi tolak ukur kegiatan ekonomi meningkat 5,7 persen pada 2021.

Ini menjadi laju tercepat sejak 1984 ketika Ronald Reagan memimpin Negara Adidaya ini. Kondisi ekonomi AS dalam 3 bulan terakhir di 2021 dilaporkan jauh lebih baik daripada yang diperkirakan para ekonom. PDB tumbuh mencapai 6,9 persen pada kuartal keempat.

Itu adalah peningkatan substansial dari kuartal ketiga yang dibayangi keberadaan varian Covid-19 Delta, ketika PDB tumbuh secara tahunan hanya 2,3 persen.

Bahkan, itu merupakan kinerja kuartalan terbaik sejak kuartal ketiga 2020 ketika ledakan aturan pembatasan demi mendukung pertumbuhan ekonomi.

Tapi bukan hanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang melonjak tahun lalu. Kekacauan rantai pasokan, kekurangan pekerja, dan permintaan yang melonjak juga menyebabkan harga naik sangat tinggi.

Pengeluaran konsumen melonjak 7,9 persen karena orang Amerika terus berbelanja dan naiknya harga barang dan jasa. Ini menjadi pertumbuhan belanja terkuat sejak 1946.

Sementara itu, indeks harga yang melacak pengeluaran konsumen -- ukuran utama inflasi -- naik 3,9 persen. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak 1990.

Pada kuartal keempat, inflasi mencapai 6,5 persen, lompatan terbesar sejak kuartal ketiga 1981. Belanja konsumen naik pada tingkat tahunan 3,3 persen, lebih rendah dari selama kuartal kedua yang didorong oleh stimulus.

Para ekonom dengan cepat menunjukkan bahwa bukan hanya dompet Amerika yang membantu pertumbuhan ekonomi tahun lalu.

Pembangunan kembali juga memberikan kontribusi besar terhadap tingkat pertumbuhan kuartal keempat yang lebih baik dari perkiraan.

"Pembangunan kembali berkontribusi 4,9 poin persentase terhadap total, terutama dipimpin oleh sektor otomotif," kata James Knightley, kepala ekonom internasional di ING.

"Mengingat gangguan pasokan yang sedang berlangsung, kami tidak dapat mengandalkan ini untuk terus mendukung pertumbuhan di kuartal mendatang."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prediksi Kondisi di 2022

Namun berbeda dengan 2021, beberapa bulan pertama tahun ini mungkin terlihat agak berbeda.

Varian Omicron dari virus corona, yang  muncul pada akhir November, membuat infeksi meroket dan menyebabkan bisnis kesulitan ketika pekerja tinggal di rumah untuk memulihkan diri.

"Varian Omicron hampir pasti mengambil keuntungan dari pertumbuhan selama bulan terakhir tahun ini, dan jelas memberikan dampak yang kuat pada aktivitas ekonomi secara keseluruhan pada kuartal pertama tahun 2022," kata Joe Brusuelas, Kepala Ekonom di RSM US.

Selain itu, stimulus pandemi yang masih menopang perekonomian tahun lalu akan segera berakhir. Federal Reserve mengatakan pihaknya berencana untuk menghentikan pembelian aset bulanan pada awal Maret dan mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga segera setelah mengendalikan inflasi.

"Kita telah mencapai akhir era pandemi kebijakan fiskal dan moneter, pandemi belum berakhir," tambah Brusuelas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.