Sukses

Kondisi Industri Manufaktur di Akhir 2021: AS Turun, Sejumlah Negara Tenang Saja

Aktivitas manufaktur global dilaporkan tetap kuat pada Desember 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas manufaktur global dilaporkan tetap kuat pada Desember 2021. Itu karena pabrik-pabrik terus memantau kenaikan kasus COVID-19 terkait varian Omicron.

Meski demikian, pelaku sektor manufaktur tetap tenang menghadapi merebaknya Omicron, meskipun kendala pasokan dan kenaikan biaya mempengaruhi prospek beberapa ekonomi.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (5/1/2022) meningkatnya infeksi COVID-19 secara global telah membuat otoritas-otoritas di sejumlah negara melangkah dengan hati-hati.

Itu ketika lonjakan di China memaksa beberapa perusahaan untuk menangguhkan produksi dan mengancam akan mengganggu output untuk raksasa chip memori, seperti Samsung Electronics.

Namun untuk saat ini, pukulan dari penyebaran COVID-19 Omicron tampaknya sederhana, menurut survei yang dirilis The Institute for Supply Management.

Institute for Supply Management mengatakan bahwa indeks aktivitas pabrik di Amerika Serikat turun ke angka 58,7 persen bulan lalu dari 61,1 pada November 2021 - penghitungan terendah sejak Januari 2020.

Namun, kendala pasokan mulai mereda dan harga yang dibayarkan untuk input oleh pabrik turun paling banyak dalam satu dekade. Kini, industri manufaktur menyumbang sekitar 12 persen dari ekonomi AS.

Di wilayah lain di dunia, aktivitas industri manufaktur salah satunya di zona euro, tetap tangguh pada akhir 2021 karena pabrik mengambil keuntungan dari beberapa pelonggaran kemacetan rantai pasokan dan menimbun bahan baku.

Di Inggris, aktivitas manufaktur tumbuh sedikit lebih cepat dari perkiraan semula bulan lalu, menurut survei lain.

"Namun, gangguan rantai pasokan kemungkinan akan memburuk bulan ini, mengingat pemeriksaan bea cukai Brexit telah didukung dan penyabaran Omicron kemungkinan akan menyebabkan penutupan pabrik di Asia," kata Samuel Tombs, kepala ekonom asal Inggris di Pantheon Macroeconomics.

Negara lain di Asia juga bernasib baik dengan aktivitas manufaktur yang berkembang - mulai dari Vietnam, hingga Malaysia dan Filipina.

"PMI manufaktur dan data perdagangan mengungkapkan bahwa industri yang berfokus pada ekspor Asia memperoleh momentum pada pergantian tahun," kata Alex Holmes, ekonom Asia baru di Capital Economics.

"Sementara varian Omicron menghadirkan ancaman utama terhadap prospek, itu tidak mungkin menyebabkan gangguan industri yang hampir sama seperti yang terjadi ketika penyebaran varian Delta terjadi di kuartal ke-3," sebutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Purchasing managers' index di Sejumlah Negara Asia

Di Jepang, negara ekonomi terbesar ketiga di dunia, aktivitas manufaktur pada bulan Desember 2021 tumbuh dalam 11 bulan berturut-turut.

Sementara eksportir di Korea Selatan melihat laju ekspansi tercepat dalam tiga bulan, menurut survei.

"Kami memperkirakan ekspor Asia dan kenaikan belanja modal akan ditopang oleh pemulihan global yang berkelanjutan, dan IMP manufaktur Asia akan tetap cukup kuat selama beberapa bulan mendatang," tulis analis Morgan Stanley dalam sebuah catatan penelitian.

PMI (Purchasing managers' index) Jepang berada di 54,3 persen pada bulan Desember 2021.

Sementara itu, PMI Korea Selatan naik menjadi 51,9 persen dari 50,9 persen di bulan November 2021- menandai ekspansi bulan ke-15 berturut-turut, karena meningkatnya permintaan domestik mengimbangi penjualan luar negeri yang melemah.

Aktivitas manufaktur di India juga terus berkembang pada Desember 2021, meskipun pada kecepatan yang lebih lambat dari pada bulan November, karena tekanan harga yang tinggi tetap menjadi perhatian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini