Sukses

Intip Rahasia Sukses d’BestO, Punya 300 Outlet dan Ribuan Karyawan Kurang dari 10 Tahun

d’BestO fokus untuk menyediakan menu fried chicken dalam konsep mini resto yang sederhana dan merakyat.

Liputan6.com, Jakarta Menu ayam goreng cepat saji atau dikenal fried chicken sangat populer di Indonesia. Begitu populernya, sampai mudah sekali untuk menemukannya, bahkan tak jarang ada dua brand berbeda berdiri berdekatan atau masih dalam satu kawasan bisnis.

Dari sekian banyak pemain F&B yang mengandalkan menu ayam goreng cepat saji di Indonesia, ada satu nama lokal yang menonjol dan menarik untuk diangkat kisahnya yakni d’BestO. 

Mengusung konsep berbeda dibanding brand luar negeri yang menyasar segmen restoran, d’BestO fokus untuk menyediakan menu fried chicken dalam konsep mini resto yang sederhana dan merakyat. Melalui fokus ini, d’BestO berhasil melebarkan sayap dengan pesat hingga kini telah memiliki hampir 300 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, hingga Sumatera Barat. 

Dalam malam penghargaan Shopee Super Awards 2021 pada Kamis (16/12) lalu, Wahyu Pambudi, Corporate Secretary d’BestO membagikan lima rahasia d’BestO hingga bisa berkembang pesat secara konsisten melewati berbagai tantangan. 

d’BestO sendiri terpilih menjadi Top Growing F&B Merchant pada Shopee Super Awards 2021, acara penghargaan yang dilakukan oleh Shopee untuk mengapresiasi berbagai pihak dan figur yang dinilai turut menjadi penggerak ekonomi digital di Indonesia. 

Berikut ini sederet rahasia dan kunci sukses d’BestO dalam berbisnis kuliner yang menyediakan ayam goreng sebagai menu andalan.

1. Siasati krisis dengan kreatif

Dibalik kesuksesan d’BestO, ternyata brand ini lahir dari sebuah masa sulit yang diterpa oleh kedua pendirinya, drh. Evalinda Amir dan drh. Setyajid. 

Sebenarnya, keduanya telah membuka brand fried chicken dengan sistem gerobak sejak tahun 1994 dengan nama Kentuku Fried Chicken (KUFC). Namun, pada tahun 1998 dan 2005, usaha yang dirintis menghadapi tantangan berat karena krisis moneter dan juga flu burung. 

Menolak untuk menyerah, drh. Evalinda dan drh. Setyajid menyiasati flu burung dengan kreatif. Mereka menempel profilnya di setiap outlet d’BestO agar konsumen percaya bahwa ayam yang mereka jual bebas dari flu burung. Dengan latar belakang sebagai dokter hewan, mereka pun bisa memberikan edukasi kepada konsumen akan keamanan produk yang dijual. 

2. Jeli dalam menggarap segmen 

Di Indonesia, ada banyak brand mancanegara yang menjadikan menu fried chicken sebagai hidangan utama. Ada pula pemain-pemain lokal independen dengan konsep gerobak yang juga bermain di sektor ini. Meskipun begitu, ada sektor yang belum terjamah ketika d’BestO dimulai, yakni outlet fried chicken yang terjangkau dan bisa dinikmati berbagai kalangan, namun memiliki rasa yang lezat, konsisten, dan bersertifikasi MUI.

“Restoran fried chicken umumnya memiliki harga yang relatif tinggi. Sementara banyak brand dalam skala yang lebih kecil tidak memiliki standarisasi yang kuat sehingga membuat rasa yang berbeda-beda. d’BestO hadir sebagai solusi dengan menyediakan produk fried chicken dengan rasa yang lezat, konsisten, terjangkau, dan dapat ditemukan dengan mudah,” kata Wahyu.

Terpenting, lanjut Wahyu adalah selalu berusaha maksimal dan memanfaatkan peluang yang ada.

“Intinya, produk yang kita jual pasti ada waktunya akan sama atau mirip dengan kompetitor. Namun, selalu ada jalan untuk menemukan celah yang bisa kita maksimalkan,” tambahnya. 

3. Bukan sembarang inovasi, manfaatkan sumber daya yang ada

Pengusaha manapun pasti setuju, jika inovasi merupakan hal yang penting bagi keberlangsungan suatu bisnis. Namun, jika tidak dilakukan dengan hati-hati, fokus pada inovasi juga berpeluang membuat pengeluaran membengkak. Untuk menyiasatinya, d’BestO memilih untuk fokus berinovasi dengan memaksimalkan bahan baku yang telah ada.

“Selain efisiensi, inovasi menggunakan bahan baku yang sudah ada juga memungkinkan kami untuk fokus pada keunggulan kami, yakni aneka produk fried chicken, burger, dan turunannya,” lanjut Wahyu. 

Agar konsumen tidak bosan, Wahyu mengungkapkan kalau d’BestO selalu mengeluarkan menu baru setiap tiga-empat bulan sekali. Yang terbaru, mereka mengeluarkan produk Ayam CLBK (Ayam Celup Bakar), ayam crispy yang melalui dua metode masak, yakni digoreng lalu dibakar. Ayam CLBK dilapisi dengan saus khas d’BestO yang menghasilkan rasa yang unik, lezat, dan tak terlupakan.

4. Program marketing berlandaskan data

Sejak pandemi, semakin banyak brand yang beralih ke layanan digital, baik layanan pembayaran digital seperti ShopeePay maupun layanan pesan antar makanan seperti ShopeeFood. 

Bagi d’BestO, ada dua keuntungan yang didapatkan dari adaptasi layanan digital. Pertama, menstimulus konsumen untuk bertransaksi lebih banyak dengan ragam promo yang kerap diberikan. Kedua, memberikan keuntungan dari segi data yang lebih komprehensif. 

“Kami melihat, penggunaan layanan pembayaran digital ShopeePay oleh masyarakat kini telah menjadi gaya hidup yang tak terpisahkan, bahkan di daerah-daerah yang tidak kami perkirakan. 

Wahyu mengungkapkan bahwa  beberapa outlet d’BestO kini bahkan mayoritas pendapatannya berasal dari layanan pesan antar makanan ShopeeFood. Oleh karena itu, setiap bulannya pihaknya selalu melihat insight dari transaksi penjualan di ShopeePay dan ShopeeFood. 

“Insight tersebut beserta current trend dan insight-insight lain yang tersebar secara luas di dunia maya juga memungkinkan kami untuk membuat program berlandaskan data sehingga lebih terukur, jelas, dan tepat sasaran,” kata Wahyu.

5. Mendapatkan lebih dengan memberi lebih

Berdiri selama satu dekade, d’BestO selalu memegang teguh prinsipnya sebagai sebuah bisnis untuk dapat membawa manfaat bagi konsumen, pegawai, hingga masyarakat sekitar. 

Ekspansi d’BestO hingga ke beberapa kota, nyatanya membawa dampak signifikan dari segi sosial dan ekonomi. Contohnya, sejak melebarkan sayapnya ke Sumatera Barat pada 2014 silam, d’BestO berangsur-angsur mengurangi tingkat pengangguran Kota Padang. Roda perekonomian pun semakin berputar dengan seiring berkembangnya cabang d’BestO.

“Sebagai sebuah bisnis, kami percaya d’BestO juga menanggung tanggung jawab sosial terhadap masyarakat sekitar. Salah satu upaya dalam berkontribusi secara sosial adalah dengan berbagi kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Hal ini kami terapkan secara rutin melalui program bernama Jumat Berkah,” kata Wahyu.

Sementara itu, dari sisi karyawan, Wahyu mengatakan kalau pihaknya secara rutin memberikan apresiasi berupa penghargaan tahunan dan masih banyak lagi. 

“Dengan memberi lebih, d’BestO yakin akan membawa dampak yang lebih besar dan mendapatkan lebih,” tutup Wahyu.

Itulah lima rahasia di balik perkembangan pesat d’BestO yang sekarang telah memiliki 300 outlet dan memiliki ribuan karyawan. Kehadirannya betul-betul memberikan manfaat bagi tersedianya lapangan pekerjaan dan tentu saja para penggemar ayam goreng atau fried chicken yang enak, lezat dan terjangkau.

Untuk kamu penggemar d’BestO, saat ini kamu bisa mendapatkan produk-produk d’BestO dengan lebih hemat berkat adanya Voucher Cashback 100% selama periode kampanye ShopeePay Day pada 22-24 Desember dan Shopee Mantul Sale pada 25-27 Desember. 

Untuk melihat daftar pemenang Shopee Super Awards 2021 lainnya, kamu dapat mengunjungi https://shopee.co.id/m/superawards-winner. 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.