Sukses

Dari 16 Ribu Pasar Tradisional, Baru 53 Kantongi SNI

Pasar rakyat atau pasar tradisional sebagai penggerak sektor ekonomi kerakyatan menjadi perhatian pemerintah saat ini.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan membangun dan merevitalisasi 5.491 pasar dalam enam tahun terakhir, dari total 16.175 pasar tradisional atau rakyat di Indonesia.

Sayang dari 16.175 pasar tradisional tersebut, yang tersertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) baru mencapai 53 unit pada tahun ini. Jumlah tersebut sangat kecil.

"Dari total 16.175 pasar rakyat, sampai tahun ini baru terdapat 53 pasar di 14 provinsi yang memperoleh SNI. Di mana 27 pasar diantaranya memperoleh pendampingan dari Kementerian Perdagangan," kata Direktur Standardisasi dan Pengendalian Mutu, Kementerian Perdagangan, Dyah Palupi dalam Penganugerahan SNI Pasar Rakyat 2021 di Jakarta, Rabu (8/12/2021).

Dyah menjelaskan, sebelum pasar bisa mendapatkan SNI, Kemendag terlebih dahulu melakukan revitalisasi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No, 29 Tahun 2021 tentang perdagangan, pembangunan atau revitalisasi pasar, revitalisasi itu mencakup pembangunan fisik, manajemen, serta revitalisasi sosial dan peningkatan sistem interaksi budaya setempat agar kegiatan belanja di pasar aman dan kondusif.

Dia memastikan jika pasar rakyat sebagai penggerak sektor ekonomi kerakyatan menjadi perhatian pemerintah saat ini.

"Agar eksistensi dan daya saing pasar rakyat terjaga, maka Kementerian Perdagangan melakukan kegiatan pembangunan atau revitalisasi pasar," jelas Dyah.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sistem Resi Gudang

Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menyinggung tentang pentingnya pemanfaatan Sistem Resi Gudang (SRG).

Dia pun menceritakan kunjungan ke 50 kabupaten dan kota di Indonesia dan bertemu sejumlah kepala daerah. Dari perjalannya itu terkuak tentang pentingnya keberadaan resi gudang bagi petani di daerah.

"Pada saat itu dan mereka me-request penyediaan tempat komoditas. Sedikit soal SRG, ini penting untuk diperhatikan para kepala daerah. Sejumlah petani mengungkapkan tidak bisa jualan karena ketika panen harga sedang turun, jadi ketika mereka mau berjualan malah rugi, karena tidak memiliki tempat penyimpanan," jelas Wamendag.

"Kami dari Kemendag punya solusi. Kami membangun gudang-gudang di seluruh Indonesia. Per hari ini sudah 123 SRG, termasuk di 50 kota yang sudah dibangun," ungkapnya.

Penyediaan SRG itu dilakukan agar komoditas seperti gabah, bawang, kopi, ikan, dan lainnya, bisa disimpan di gudang kurang lebih selama 3-6 bulan dan ketika harganya naik bisa dijual dengan hasil yang menguntungkan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.