Sukses

Kementerian ESDM: Jika Tak Bertindak, Emisi Karbon Bakal Capai 2.000 Juta Ton di 2060

total emisi karbon di 2020 mencapai 587 ton Co2 ekuivalen dengan dominasi dari penggunaan pembangkit berbasis fosil, sektor transportasi, dan industri.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah berupaya mendorong penggunaan energi hijau di berbagai sektor. Hal ini juga menjadi perhatian negara-negara global jntuk menekan tingkat emisi dari pemanfaatan energi fosil yang berdampak pada lingkungan.

Hingga 2020, bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia baru mencapai 11,2 persen dari total pemanfaatan energi. Hal ini perlu terus didorong guna mencapai target Net Zero Emission pada 2060 mendatang.

"Sampai 2020, bauran energi primer untuk energi baru terbarukan baru 11,2 persen, masih memerlukan upaya konkret dan terencana untuk mencapai target bauran," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ego Syahrial, dalam Pertamina Energy Webinar, Selasa (7/12/2021).

Ia mengatakan hingga tahun yang sama, total emisi telah mencapai 587 ton Co2 ekuivalen dengan dominasi dari penggunaan pembangkit berbasis fosil, sektor transportasi, dan industri.

"Kami harap dengan implementasi strategi menuju Net Zero Emission dapat menekan emisi hanya sekitar 400 juta ton pada 2060," ujarnya.

Namun, jika tidak melakukan upaya apa pun, diperkirakan jumlah emisi yang diproduksi pada 2060 akan melonjak secara drastis.

"Kalau kita tidak melakukan apa-apa atau business as usual, emisi karbon diprediksi akan berada pada 2000 juta ton pada 2060," kata dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Upaya Menuju Carbon Netral

Lebih lanjut, ia menyebut sejumlah upaya telah dicantumkan dalam peta jalan atau roadmap transisi menuju karbon netral.

Di antaranya dimulai dari melakukan mengistirahatkan pembangkit berbasis fosil, penggunaan kompor listrik, pengurangan impor LPG, peningkatan pemanfaatan EBT khususnya PLTS, hingga penggunaan kendaraan listrik.

"Upaya mitigasi retirement PLTU dilakukan dengan percepatan pengembangan EBt dan transisi energi pembangunan EBT berfokus pada tenaga surya dan angin yang berpotensi besar dengan pembangunan yang lebih cepat," tuturnya.

Kemudian dengan pembangunan infrastruktur gas bumi hingga pembangkit listrik berbasis gas bisa memenuhi demand atau permintaan.

"Di bottle-necking perkembangan EBT dengan melakukan monetisasi porensi EBT dengan survei potensi penerapan EBT," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.