Sukses

Meski Melemah, Rupiah Lebih Baik Dibanding Ringgit dan Baht

Selama ini, Indonesia bisa menunjukkan kepada pasar bahwa seluruh pihak bisa menstabilkan nilai tukar rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah menjadi salah satu mata uang yang terbaik di kawasan Asia, khususnya di antara negara-negara emerging Asia. Rupiah sore ini ditutup melemah 22 poin atau 0,16 persen ke posisi 14.442 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menjelaskan, meskipun nilai tukar rupiah melemah tetapi jika dibandingkan dengan negara tetangga masih cukup baik rupiah karena pelemahannya hanya kecil.

"Jauh di bawah kita ada Thailand, Malaysia, hingga Singapura yang memiliki depresiasi nilai tukarnya hingga belasan persen, sedangkan kita hanya di kisaran 1,3 persen sampai 1,6 persen," kata Dody dikutip dari Antara, Senin (6/12/2021).

Dengan demikian, ia berharap perubahan nilai tukar rupiah yang signifikan tidak terjadi dan bank sentral bisa terus menjaga stabilisasi mata uang Garuda.

Selama ini, Indonesia bisa menunjukkan kepada pasar bahwa seluruh pihak bisa menstabilkan nilai tukar rupiah.

"Jangan dilihat dari levelnya dulu di 13.000 per dolar AS sekarang di 14.000 per dolar AS, tetapi tolong lihat volatilitas dan dari sisi pergerakan nilai tukar rupiah," kata Dody.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Inflasi Terjaga

Maka dari itu, stabilnya nilai tukar rupiah saat ini, kata dia, bisa menahan inflasi domestik tak melonjak terlalu tinggi seperti di negara-negara lain.

Selain itu, pasokan barang di Tanah Air juga mampu menutupi permintaan yang meningkat setelah pandemi mereda akibat membaiknya mobilitas dan kegiatan ekonomi, sehingga inflasi bisa terjaga.

Dody pun berpendapat inflasi turut bisa terjaga karena produsen di dalam negeri mampu menahan lonjakan harga komoditas domestik, sehingga tidak terefleksikan kepada harga konsumen.

"Dengan demikian, ini strategi kami tanpa harus mengubah kebijakan suku bunga acuan dalam menjaga inflasi, tetapi tetap dilakukan secara cermat," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.