Sukses

Gaet Masyarakat Pakai Kendaraan Listrik, Perlu Ada Insentif

Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara dan anggota Gaikindo sudah menyiapkan kendaraan listrik tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus mendorong terbentuknya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, sebagai pengganti kendaraan berbahan bakar fosil.

Namun upaya mewujudkan keinginan tersebut masih menghadapi tantangan. Di mana harga kendaraan listrik yang masih mahal.

Ini diakui Sekretaris Gaikindo Kukuh Kumara. Dia menilai harga kendaraan listrik di Indonesia masih terbilang mahal. Kondisi ini membuat populasi kendaraan listrik masih rendah, yaitu sebanyak 565 unit.

Padahal, Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara dan anggota Gaikindo sudah menyiapkan produk kendaraan ramah lingkungan tersebut.

"Umumnya mobil listrik yang baterai elektrik penuh relatif masih rendah populasinya, sampai saat ini masih 565 unit karena harganya masih sangat tinggi," kata Kukuh salam satu diskusi, seperti dikutip Jumat (3/12/2021).

Saat ini harga jual kendaraan listrik di Indonesia paling murah sekitar Rp 600 juta. Angka tersebut diakui terlalu tinggi bila dibandingkan dengan kemampuan daya beli kendaraan masyarakat di bawah Rp 250 juta.

Alhail, harga yang tinggi belum menarik minat masyarakat beralih ke kendaraan listrik. "Ini saya pikir cukup berat dan harganya cukup tinggi, jadi ada selisih harga sekitar Rp 300 jutaan antara harga mobil listrik dengan harga kendaraan yang diminati masyarakat kita. Ini cukup berat," ujarnya.

Sementara di negara lain, diakui pemerintahnya telah berani memberikan insentif berupa subsidi agar harga kendaraan listrik bisa terjangkau masyarakat.

Sebut saja China yang memberikan subsidi sebesar USD 15 ribu per unit. "Di Tiongkok kami dapat informasi dari kolega subsidinya sekitar USD 15 ribu per unit, begitu juga di Korea Selatan," ujarnya.

Direktur Utama PLN Zuklifli Zaini mengakui jika langkah mengakselerasi ekosistem mobil listrik membutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak.

Masyarakat membutuhkan kebijakan yang lebih menarik untuk membeli mobil listrik dibandingkan membeli mobil fosil.

Dia mencontohkan  PPn dan PPh yang dinikmati oleh mobil fosil namun belum dinikmati mobil listrik. 

"Kami yakin dan berharap kebijakan pemerintah untuk dapat melakukan penghapusan dari PPn dan PPh tersebut sesuai yang dinikmati mobil fosil," ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan, untuk meningkatkan nilai tambah nikel menjadi baterai yang akan dipakai pada kendaraan listrik membutuhkan investasi besar.

Sejumlah perusahaan pun telah menyatakan minat untuk membangun industri kendaraan listrik di Indonesia.

"Banyak pelaku otomotif mengembangkan investasi di kita. Kalau kita lihat Hyundai kurang lebih Rp 20 triliun, ke depan Toyota juga akan berencana hingga 2032 Rp 28 triliun dan Honda sekitar Rp 74 triliun. Tadi LG sudah disebut sekitar Rp 104 triliun, jadi kalau lihat dari ekosistem memang sebenarnya cukup mendukung dengan investor-investor," tuturnya.

Untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat, meski Indonesia memiliki 20 persen cadangan nikel di dunia dan saat ini sejumlah fasilitas seperti pengisian daya sudah disediakan PLN.

Menurut Tauhid, pemerintah harus membuat kebijakan yang lebih kuat untuk menetapkan insentif yang lebih menggiurkan, sehingga investor lebih tertarik membangun industri kendaraan listrik di Indonesia.

"Memang kita lihat dalam waktu dekat kita sebenarnya sudah punya dukungan investasi ini ada beberapa paket insentif, tapi memang terkait regulasi berkaitan insetif yang diberikan pemerintah PP masih dirasakan kurang," imbuhnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.