Sukses

Percuma Ekonomi Tumbuh Tinggi tapi Masih Banyak Orang Miskin

Jumlah penduduk miskin pada Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang.

Liputan6.com, Jakarta - Ada satu faktor penting yang perlu dilihat dalam sebuah pertumbuhan ekonomi yaitu angka kemiskinan. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa mengatakan bahwa tidak ada gunanya pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi masih banyak masyarakat rakyat miskin semakin miskin.

"Saya agak sedikit emosional kalau soal ini. Karena tidak ada gunanya ekonomi, tidak ada gunanya kita ketemu di sini, tidak ada gunanya," kata Suharso, dalam Webinar Membangun Optimisme Baru untuk Mendorong Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, di Jakarta, Jumat (26/11/2021).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang. Secara persentase jumlah penduduk miskin Indonesia sekitar 10,14 persen. Angka itu turun 0,05 persen dibandingkan September 2020 yang sebesar 10,19 persen. Di mana pada September 2020 tercatat 27,55 juta penduduk.

Sementara angka pengangguran mengalami penurunan dari 7,07 persen di 2020 menjadi 6,49 persen per Agustus 2021. Per Agustus 2021, jumlah pengangguran sebanyak 9,10 juta orang, lebih rendah dari Agustus tahun lalu sebanyak 9,77 juta orang. Sementara pada tahun 2019 jumlah pengangguran tercatat 7,10 juta orang.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Produktivitas Tenaga Kerja

Menteri Suharso melanjutkan, pandemi Covid-19 semakin mengancam sendi-sendi kehidupan manusia terutama di sektor ketenagakerjaan. Bappenas menghitung tingkat pendapatan yang hilang akibat pandemi nilainya bisa 19,9 persen dari PDB 2019.

"Jadi opportunity loss yang hilang gara-gara mereka dan itu lho secara abadi karena mereka tidak mendapatkan kesempatan," jelas dia.

Pandemi ini juga mengakibatkan produktivitas tenaga kerja itu menurun 21,3 juta pekerja. Tentu ini merupakan dampak yang luar biasa. "Nah apalagi covid ini ternyata juga mengancam jam-jam kehilangan jam belajar bagi anak-anak kita," pungkas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.