Sukses

Pernah Jadi Orang Susah, Miliarder AS Relakan 90 Persen Kekayaan ke Warga Miskin

CEO perusahaan The Trade Desk di AS, mengikuti inisiatif The Giving Pledge yang dibuat oleh Warren Buffet dan Bill Gates.

Liputan6.com, Jakarta - Cerita inspiratif datang dari seorang miliarder asal Negara Bagian Utah, Amerika Serikat.  Jeff T Green (44 tahun) yang merupakan CEO perusahaan teknologi periklanan, yaitu The Trade Desk, berjanji memberikan hampir semua kekayaannya untuk membantu orang-orang yang kurang mampu secara ekonomi.

Dikutip dari laman Newsweek, Rabu (1/12/2021) Green mengaku telah menandatangani untuk berpartisipasi dalam inisiatif The Giving Pledge, yang juga telah ditandatangani oleh ratusan miliarder.

Inisiatif The Giving Pledge, dibuat oleh miliarder terkenal dunia yaitu Warren Buffet, serta Bill dan Melinda Gates.

"Saya akan memberikan sebagian besar kekayaan saya melalui filantropi berbasis data," ujar Green. 

"Target pemberian kekayaan saya adalah lebih dari 90 persen. Tetapi saya juga akan memberikan waktu, dan komoditas saya yang paling berharga, mengalokasikan dana itu dengan sengaja, dan untuk terlibat secara pribadi," jelasnya.

Menurut Forbes, Green diperkirakan memiliki kekayaan sebesar USD 6 miliar dan saat ini merupakan orang terkaya ke-253 di dunia.

Dalam suratnya, Green juga menceritakan bahwa ia pernah mengalami masalah ekonomi.

"Seperti banyak orang, saya tumbuh dengan kehawatiran tentang ekonomi. Di usia muda saya ingat menunggu dalam antrean dengan ibu saya untuk distribusi makanan pemerintah," ungkap miliarder yang merupakan lulusan Universitas Brigham itu.

"Sampai dewasa, saya terus-menerus khawatir apakah bisa memiliki cukup uang untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi itu sebenarnya tidak pernah benar-benar tentang uang itu sendiri. Melainkan tentang tentang apa yang bisa dilakukan uang," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Inisiatif Menciptakan Lebih Banyak Peluang

Green menambahkan, sementara uang tidak bisa membeli kebahagiaan, tetapi uang "dapat memberdayakan kita untuk mengubah hampir semua hal jika digunakan oleh orang yang tepat pada waktu yang tepat".

Green melanjutkan dia akan berinvestasi dalam bisnis, komunitas, dan individu, melalui bagian amal dari yayasan keluarganya yang disebut Dataphilanthropy, menggunakan waktu dan uang untuk memungkinkan kesuksesan.

"Filantropi saya bukan tentang politik atau pemberian—ini tentang mendapatkan hasil terbaik untuk semua bakat dan potensial, yang hanya dapat bermanfaat bagi bangsa kita, dan umat manusia. Ini akan membantu orang melangkah ke peluang, bukan berbaring," tuturnya.

Ia pun menguraikan mimpinya untuk membuat fasilitas pendidikan yang lebih mudah diakses oleh semua orang.

"Pendidikan memberi kita semua lebih banyak kesempatan, dan warga negara yang berpendidikan sangat penting untuk kesuksesan masyarakat," ujar Green.

"Dalam beberapa hal, di sebagian besar negara barat, saya pikir kita telah melupakan peran mendasar yang dimainkan pendidikan dalam menciptakan peluang, dan meningkatkan peluang, untuk semua orang," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.