Sukses

Inflasi di Eropa dan AS Meroket, Sri Mulyani Beberkan Penyebabnya

Saat ini berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat tengah mengalami kenaikan inflasi yang berakibat pada kenaikan harga

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat tengah mengalami kenaikan inflasi yang berakibat pada kenaikan harga. Tak hanya negara-negara maju, sejumlah negara berkembang seperti Mexico dan Korea Selatan juga mengalami kenaikan harga.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kenaikan harga tersebut berasal dari produsen sehingga berpengaruh pada harga produk yang sampai ke masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kenaikan inflasi.

"Kenaikan ini berasal dari harga produser, harga ini kemudian bisa menyebabkan kenaikan harga ditingkat konsumen," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (17/11).

Kenaikan harga dari produser hampir terjadi di setiap negara. Sri Mulyani mencatat kenaikan tertinggi terjadi di Eropa yang mencapai 16,3 persen, di China terjadi kenaikan 13,5 persen, Amerika Serikat 8,6 persen, Korea Selatan 7,5 persen. Sementara itu di Indonesia terjadi kenaikan 7,3 persen.

Bendahara negara ini mengingatkan kenaikan harga produsen perlu diwaspadai agar tidak menimbulkan inflasi di tingkat konsumen.

"Kenaikan harga ini harus diwaspadai agar tidak mendorong inflasi di tingkat konsumen," katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Inflasi di AS

Selain itu, tingginya inflasi di Amerika Serikat saat ini bisa memicu terjadinya tapering off secara lebih lanjut. Apalagi secara historis kenaikan inflasi ini bisa menimbulkan guncangan pada arus modal asing ke negara berkembang dan nilai tukar mata uang.

Hal inilah yang terjadi pada Argentina dan Turki yang mengalami kenaikan inflasi dan depresiasi. Sehingga berdampak pada stabilitas sistem keuangan.

Untuk itu, kata Sri Mulyani Indonesia harus mewaspadai kemungkinan terjadinya dinamika global dari potensi tappering off. Agar bisa lebih bersiap untuk menghadapi dinamika yang mungkin akan terjadi.

"Indonesia kita harap bisa memberikan kesiapan yang baik dari potensi dinamika tersebut," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.