Sukses

Harga Minyak Turun di Tengah Lonjakan Stok AS

Harga minyak mentah berjangka Brent berada di level USD 84,09 per barel, turun 69 sen.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun setelah stok Amerika Serikat (AS) naik moderat usai laporan industri menunjukkan stok minyak mentah telah diperketat.

Dikutip dari CNBC, Kamis (11/11/2021), harga minyak mentah berjangka Brent berada di level USD 84,09 per barel, turun 69 sen.  Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,24, atau 1,5 persen menjadi USD 82,91 per barel.

Persediaan minyak mentah AS naik 1 juta barel dalam minggu terakhir, jauh dari perkiraan untuk peningkatan 2,1 juta dalam stok minyak mentah. Tetapi masih melawan data API Selasa yang menunjukkan penurunan stok yang mengejutkan.

Pasar minyak telah menguata dalam beberapa hari terakhir, didukung oleh meningkatnya data ekonomi dan keputusan OPEC untuk mempertahankan laju lambatnya peningkatan pasokan di pasar.

"Setelah reli yang kuat selama beberapa hari terakhir, harga minyak berada dalam mode wait and see," kata Analis UBS Giovanni Staunovo.

Lebih lanjut mendukung pandangan pasar tetap ketat, CEO Vitol Group, Russell Hardy, mengatakan pada hari Selasa bahwa permintaan minyak telah kembali ke tingkat pra-pandemi dan permintaan pada kuartal pertama 2022 dapat melebihi level 2019.

"Kemungkinan lonjakan hingga USD 100 per barel jelas ada," kata Hardy kepada Reuters Commodities Summit.

Pedagang energi Gunvor Group memperkirakan harga minyak berada di sekitar level saat ini tahun depan, kepala eksekutifnya Torbjorn Tornqvist mengatakan kepada Reuters Commodities Summit pada hari Rabu.

Keuntungan pasar pada hari Selasa didorong oleh pandangan jangka pendek dari EIA, yang memproyeksikan harga BBM akan jatuh selama beberapa bulan ke depan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cadangan Minyak Strategis

Itu adalah faktor kunci yang diperhatikan oleh Presiden AS Joe Biden untuk menentukan apakah akan melepaskan minyak dari Cadangan Minyak Strategis di tengah kekhawatiran atas kenaikan harga bensin baru-baru ini.

Biden, pada Rabu, mengatakan dia telah meminta Dewan Ekonomi Nasional untuk bekerja mengurangi biaya energi dan Komisi Perdagangan Federal untuk mendorong kembali manipulasi pasar di sektor energi dalam dorongan yang lebih besar untuk membalikkan inflasi.

Hardy dari Vitol mengatakan bahwa rilis SPR potensial kemungkinan hanya memiliki dampak jangka pendek pada pasar minyak.

"Laporan EIA ... tidak mengekang kekhawatiran bahwa AS akan melepaskan minyak dari Cadangan Minyak Strategis (SPR)," kata analis Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.