Sukses

Penerapan PPKM Level Bikin Masyarakat Malas Belanja?

PPKM berlevel pada kuartal III-2021 berakibat pada tertahannya pertumbuhan konsumsi masyarakat dan aktivitas investasi.

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlevel pada kuartal III-2021 berakibat pada tertahannya pertumbuhan konsumsi masyarakat dan aktivitas investasi. Konsumsi rumah tangga tercatat hanya 1,03 persen (yoy), lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh 5,96 persen.

"Penerapan PPKM ketat juga berdampak pada tertahannya pertumbuhan konsumsi masyarakat serta aktivitas investasi, khususnya dari sektor swasta," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu Jakarta, Jumat (5/11).

Hal ini sejalan dengan pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang cenderung berada dalam zona pesimis (di bawah 100) pada Juli (80,2), Agustus (77,3), dan September (95,5). Indeks Penjualan Ritel (IPR) juga berada dalam zona kontraksi pertumbuhan di sepanjang triwulan III.

Di sisi lain, aktivitas investasi relatif mampu bertahan dengan tumbuh sebesar 3,74 persen (yoy). Selain itu, importasi barang modal cukup tinggi terutama pada komponen mesin dan kendaraan terutama untuk mendukung aktivitas ekspor.

“Meskipun turut terdampak oleh ketidakpastian, aktivitas investasi masih bisa tumbuh kuat, termasuk investasi bangunan yang ditopang oleh ekspansi belanja modal Pemerintah untuk keberlanjutan proyek-proyek infrastruktur strategis”, lanjut Febrio.

Di tengah tertahannya permintaan domestik, perdagangan internasional lanjut bertumbuh tinggi. Kinerja ekspor mampu berkontribusi signifikan terhadap keseluruhan ekonomi periode ini dengan terus tumbuh positif sebesar 29,16 persen (yoy). Momentum pemulihan permintaan ekonomi global yang diikuti dengan kenaikan harga komoditas menjadi faktor utama yang mendorong kinerja ekspor tetap tangguh selama penerapan PPKM level.

Di sisi lain, kinerja impor juga tumbuh tinggi mencapai 30,11 persen (yoy). Penguatan aktivitas impor tercermin dari indikator penerimaan bea masuk yang hingga 30 September 2021 tumbuh 13,7 persen (yoy). Adapun produk impor didominasi barang modal dan bahan input.

"Impor yang tumbuh kuat mengindikasikan aktivitas produksi pada periode berikutnya akan kuat juga," kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Aktivitas Ekonomi

Dari sisi produksi, sejalan dengan tingginya aktivitas ekspor, sektor Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Pertambangan, produksi mampu tumbuh cukup kuat masing-masing sebesar 3,68 persen (yoy), 5,16 persen (yoy), dan 7,78 persen (yoy). Sementara itu, seiring dengan keberlanjutan proyek-proyek strategis nasional, sektor konstruksi tumbuh 3,84 persen (yoy).

Geliat sektor strategis ini juga memberikan implikasi positif pada penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut. Sektor industri pengolahan menjadi sektor dengan tingkat penyerapan tenaga kerja terbesar atau 1,22 juta pekerja hingga Agustus 2021. Sementara sektor perdagangan mampu menyerap 1,04 juta tenaga kerja pada periode yang sama.

Namun demikian, terdapat beberapa sektor yang terdampak langsung oleh eskalasi kasus Varian Delta Covid-19. Khususnya sektor yang menunjang aktivitas pariwisata seperti pertumbuhan Transportasi dan Pergudangan serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yang sedikit terkontraksi, masing-masing tumbuh sebesar -0,72 persen (yoy) dan -0,13 persen (yoy).

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.