Sukses

Dulu Dicap Kumuh, Pemukiman di Pulogadung Kini Jadi Percontohan Bank Sampah Berkat CSR BRI

Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Bahkan, dapat diartikan sebagai masalah kultural karena dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan.

Liputan6.com, Jakarta - Sampah pada dasarnya bukan masalah bagi kita. Namun menjadi begitu sangat bermasalah ketika lalai dalam memperlakukannya. Tidak adanya pengelolaan sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduk.

Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Bahkan, dapat diartikan sebagai masalah kultural karena dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Tentu, permasalahan ini merupakan milik bersama di mana perlu adanya solusi terutama dalam pengelolaan sampah limbah rumah tangga. Bila tidak cepat ditangani secara benar sampah dapat berdampak negatif seperti pencemaran air kali, air tanah, udara, tanah, dan sumber penyakit.

Kondisi ini yang pernah terjadi di warga RW 01 Kelurahan Pulogadung di Jakarta Timur, yang dulu sering diejek RW terkumuh. Namun berkat bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) BRI, kini lingkungan tersebut berubah menjadi bersih dan mampu menjadi RW percontohan.

“Dengan bantuan BRI jadi bagus jadi kami tidak perlu menumpang dari RT lain, dulu kita dapat bantuan dari swadaya masyarakat bahkan pak RW mengeluarkan biaya untuk bank sampah itu. Karena dari awalnya kumuh dan jelek, diperlukan perapihan beberapa tahap,” cerita Sri Astuti yang menjabat sebagai Ketua RT 006 di RW 01 Pulogadung, bercerita kepada Liputan6.com, Kamis (4/11/2021).

Perempuan berusia 48 tahun ini mengakui ketika itu kondisi lingkungan di RW 01 Kelurahan Pulogadung masih terbilang kotor. Dalam arti, banyak sampah yang berserakan di pemukiman penduduk.

Mayoritas masyarakat masih memanfaatkan lahan pekarangan untuk tempat pembuangan sampah, serta banyak terdapat selokan yang mampet akibat adanya sampah. Mirisnya, saat itu semua RW di Pulogadung sudah memiliki bank sampah, kecuali di RW 01.

Kondisi kumuh memecut dirinya dan warga tergerak untuk membangun bank sampah agar pengelolaan sampah di lingkungannya lebih terkendali.

Awal Mula Bangun Bank Sampah

Perempuan yang akrab dipanggil Tuti ini ingin mengubah lokasi tempat tinggalnya menjadi bersih. Kemudian hasil berdiskusi dengan lurah, keluar ide membuat bank sampah. Dengan merenovasi bekas kandang ayam milik salah satu warga.

Bank sampah pertama kali dibangun hanya dari bahan seadanya memakai terpal. Fasilitas air yang terbatas, serta listrik seadanya.

Merasa perlu meningkatkan bank sampah tersebut dari sini muncul keinginan mencari bantuan dari pihak lain.

“Kita bikin kecil-kecilan pakai terpal, terus kami berkembang dan kami berpikir bagaimana caranya agar bank sampah ini menjadi bagus. Jadi kami cari bantuan dan mengajukan ke CSR BRI, kami mengajukannya bulan Mei 2021,” ujarnya.

Usai mengajukan proposal ke BRI dan akhirnya mendapat respons, pembangunan bank sampah dimulai pada Oktober 2021.

Dengan bantuan BRI, sekarang bank sampah milik RW 01 menjadi lebih bagus. Di mana, dilengkapi toilet serta fasilitas listrik. Warga juga mudah mengambil air. Sebelumnya, mereka selalu kesulitan untuk mengakses hal-hal itu.

“Toiletnya dulu gak ada sekarang ada listrik dan air. Sebelumnya kita susah mengambil air, biasanya ambil air dari orang,” ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengajuan ke BRI

Tuti mengaku berinisiatif mengajukan proposal ke BRI karena mendapat saran dari sesama warga di lingkungan.

"Kita diajari dari orang Lingkungan Hidup (LH) untuk bisa mengajukan proposal dan meminta bantuan ke BRI. Ketika mengajukan cairnya cepat gak lama,” jelas dia.

Proposal yang disampaikan berisi tentang berbagai pokok masalah yang menjadi kebutuhan untuk menjaga lingkungan bersih. Isinya antara lain:

1. Mengadakan tempat sampah organik dan anorganik guna mempermudah dalam pengolahan sampah kembali.

2. Pengadaan Pakeling untuk pengangkutan sampah anorganik yang sudah tidak berguna lagi ke TPS terdekat.

3. Pembuatan poster kesehatan untuk memotivasi masyarakat agar lebih sadar untuk menjaga kesehatan lingkungannya.

4. Membuat poster Bank Sampah untuk memotivasi warga masyarakat, untuk melakukan pemilahan sampah rumah tangga.

5. Penanaman beberapa pohon, agar lingkungan terlihat lebih indah dan asri.

6. Membutuhkan bantuan dana guna memenuhi kebutuhan dalam pengadaan tempat sampah organik dan anorganik, untuk pembuatan poster serta pohon untuk pelengkap dalam penyediaan tempat sampah tersebut.

Proposal ini disetujui BRI. Namun, kebutuhan dana tidak dicairkan langsung dalam bentuk uang tunai. BRI memberikan bantuan langsung dalam bentuk bahan bangunan dan barang-barang yang diminta.

Kini, Tuti pun sangat bersyukur bisa mendapatkan bantuan CSR dari BRI, sehingga lingkungannya tidak dicap kumuh lagi.

Dia berharap ke depannya BRI tidak berhenti memberi bantuan kepada RW 01, karena bantuan BRI itu sangat bermanfaat bagi RW 01.

“Kami sebagai yang dibantu sangat bersyukur. Semoga BRI masih berlanjut memberikan dana bantuan agar RW saya lebih maju lagi, agar RW saya tidak dibilang RW kumuh. Dulu selalu dibilang RW kumuh, sekarang sudah tidak kumuh Alhamdulillah sekarang kami jadi RW percontohan dan RW Tangguh,” pungkasnya. (*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.