Sukses

Tak Terhalang Pandemi, Ekspor Timah Indonesia Tembus Eropa dan AS

Bursa timah di ICDX mencatat nilai transaksi mencapai Rp 2,4 triliun pada kuartal I-2021.

Liputan6.com, Jakarta Meski dalam kondisi pandemi, namun ekspor logam timah masih tinggi. Rata-rata harga timah ICDX pada kuartal I sampai pertengahan April terpantau stabil pada rentang level USD 28.000 per ton.

Angka ini merupakan angka capaian rata-rata tertinggi sejak timah diperdagangkan melalui Bursa ICDX. Bursa timah di ICDX mencatat nilai transaksi mencapai Rp 2,4 triliun pada kuartal I-2021.

Sementara volume transaksi timah mencapai 6.294 metrik ton. Bahkan London Metal Exchange (LME) harga timah tiga bulan mencapai level tertinggi baru sepanjang masa di USD 38.780 per ton, naik 2,6 persen dari penutupan Senin 18 Oktober 2021 pukul 5 sore di USD 37.814 per ton.

Salah satu eksportir timah tanah air antara lain PT. Mitra Stania Prima (MSP) yang berhasil membukukan ekspor logam timah sebesar 3.299 ton. Capaian tersebut mendekati Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) 2020 perseroan yang diberikan Dinas ESDM Bangka Belitung sebanyak 3.300 ton logam timah.

"Perdagangan dilakukan melalui bursa timah Indonesia, Jakarta Future Exchange ke Amerika Serikat, negara-negara di Eropa dan Asia," kata CEO PT. MSP Aryo Djojohadikusumo di Jakarta, Senin (1/11/2021).

Aryo menjelaskan, merek MSP di bursa London Metal Exchange, terdaftar sejak 8 Juni 2017 dan saat ini sedang memperbaharui registrasi merek dagang tersebut.

"Diharapkan tahun ini prosesnya selesai karena seluruh persyaratan adminstratif yang diperlukan telah dipenuhi oleh perusahaan," ucap Aryo.

Menurutnya, kepatuhan perseroan atas inisiatif Responsible Mineral Assurance Program (RMAP), mendapat respon positif dari konsumen logam timah yakni Nike Inc. Produsen sepatu olahraga asal Amerika Serikat (AS) itu, kata Aryo mengirimkan email apresiasi kepada perseroan dan seluruh anggota peserta program RMAP atas keikutsertaan dalam inisiatif tersebut.

"Hal ini dikarenakan Nike mendukung transparansi dan standar yang diterapkan industri pertambangan khususnya timah dalam kebijakan rantai pasok dan proses bisnis mereka," paparnya.

"Hal yang sama dilakukan oleh Tesla yang hanya akan menggunakan produk industri pertambangan dari pelaku bisnis yang tersertifikasi oleh RMAP," sambung Aryo.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kunci Sukses MSP

Pencapaian ekspor timah PT. MSP tak lepas dari sertifikasi responsible minerals assurance process (RMAP). Sertifikasi ini dikeluarkan oleh lembaga nirlaba, Responsible Business Alliance (RBA). Pencapaian MSP, seharusnya bisa menjadi contoh bagi perusahaan timah tanah air.

Tidak semua produsen timah dapat memperoleh sertifikasi RMAP. RBA memiliki sejumlah kriteria sebelum menerbitkan sertifikasi RMAP. Di antaranya, keuntungan operasional murni untuk perusahaan. Bukan untuk dialokasikan sebagian kepada kelompok-kelompok yang tengah terlibat konflik.

Produsen sepatu NIKE, Inc. adalah salah satu dari sekian banyak perusahaan anggota RBA yang diwajibkan untuk menyelidiki negara asal timah, tantalum, tungsten, dan emas yang terkandung dalam produknya.

Nike, serta perusahaan dari sektor lain termasuk elektronik, otomotif, dirgantara, ritel, dan perhiasan, hanya menggunakan sumber dari pabrik dan smelter yang sesuai RMAP. Bukan hanya Nike, Tesla Motors juga merupakan salah satu anggota RBA.

"Tesla hanya akan menggunakan produk industri pertambangan dari pelaku bisnis yang tersertifikasi oleh RMAP," kata Aryo di Jakarta.

Selain RMAP, pendaftaran ulang merek MSP di London Metal Exchange juga diharapkan membuat ekspor MSP lebih positif. Saat ini, MSP tengah memperbarui registrasi merek dagang yang sudah terdaftar sejak 8 Juni 2017 tersebut.

"Diharapkan tahun ini prosesnya selesai karena seluruh persyaratan adminstratif yang diperlukan telah dipenuhi oleh perusahaan," kata Aryo.

Sepanjang tahun lalu, PT Mitra Stania Prima (MSP) membukukan ekspor logam timah sebesar 3.299 ton. Capaian tersebut sejalan dengan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) 2020 perusahaan yang diberikan Dinas Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bangka Belitung sebanyak 3.300 ton logam timah.

"Perdagangan dilakukan melalui bursa timah Indonesia, Jakarta Future Exchange ke Amerika Serikat, negara-negara di Eropa dan Asia," kata Aryo.

ARSARI TAMBANG memiliki beberapa anak perusahaan pertambangan, di antaranya PT. Mitra Stania Prima, PT. Mitra Stania Kemingking dan PT. Mitra Stania Bemban yang bergerak di bidang timah berlokasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

PT. Mitra Stania Prima (MSP) merupakan perusahaan timah terintegrasi yang beroperasi di Bangka, Indonesia. Kegiatan MSP termasuk eksplorasi, eksploitasi, penambangan, pengolahan, peleburan, pemurnian, menjual serta mengekspor timah.

Selain itu, sebagai warga komunitas Bangka, MSP juga terlibat dalam program-program pengembangan komunitas. PT. MSP adalah induk dari PT. Mitra Stania Kemingking (MSK) dan PT. Mitra Stania Bemban (MSB).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.