Sukses

Harga Emas Antam Tak Bergeming, Ini Daftarnya per 19 Oktober 2021

Harga emas Antam atau harga emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang Tbk melalui Gerai Logam Mulia tak berubah pada perdagangan hari ini

Liputan6.com, Jakarta Harga emas Antam atau harga emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang Tbk melalui Gerai Logam Mulia tak berubah pada perdagangan hari ini. Harga emas Antam dibanderol Rp 915 ribu per gram para Selasa (19/10/2021).

Sedangkan untuk harga buyback emas Antam turun Rp 1.000 menjadi di Rp 802 ribu per gram. Harga buyback Rp 802 ribu ini merupakan patokan yang dipakai bila masyarakat ingin menjual kembali emasnya ke Antam.

Melansir laman logammulia.com, pada awal pekan ini hingga pukul 08.01 WIB, bagi yang berminat sebagian besar ukuran emas Antam masih bisa dibeli. Antam menjual emas berukuran mulai 0,5 gram hingga 1.000 gram.

Selain itu, Antam juga menyediakan emas dalam bentuk lain, seperti batik, koin dinar, dirham hingga perak dan lainnya.

Adapun harga logam mulia Antam bercorak batik ukuran 20 gram dijual Rp 18.360.000. Sementara ukuran 10 gram ditetapkan Rp 9.500.000. Harga emas Antam sudah termasuk PPh 22 sebesar 0,9 persen.

Namun jika bisa menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen).

Berikut daftar harga emas Antam:

* Pecahan 0,5 gram Rp 507.000

* Pecahan 1 gram Rp 915.000

* Pecahan 2 gram Rp 1.770.000

* Pecahan 3 gram Rp 2.630.000

* Pecahan 5 gram Rp 4.350.000

* Pecahan 10 gram Rp 8.645.000

* Pecahan 25 gram Rp 21.487.000

* Pecahan 50 gram Rp 42.895.000

* Pecahan 100 gram Rp 85.712.000

* Pecahan 250 gram Rp 214.015.000

* Pecahan 500 gram Rp 427.820.000

* Pecahan 1.000 gram Rp 855.600.000.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Emas Diprediksi Masih Alami Tekanan Sepanjang Pekan

Harga emas mengalami tekanan yang cukup besar pada perdagangan pekan lalu setelah gagal menembus level resisten di USD 1.800 per ons atau sekitar Rp 25,2 juta per ons (estimasi kurs 14.000 per dolar AS). Pada pekan ini, harga emas masih masih mengalami tekanan yang cukup berat karena beberapa sentimen.

Kepala strategi pasar Blue Line Futures Phillip Streible mengatakan, tekanan harga emas di sebabkan oleh beberapa sentimen seperti ekspektasi suku bunga dari Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) hingga adanya risiko di pasar modal atau ekuitas.

"Emas mengalami resistensi besar-besaran. Suku bunga the Fed mengindikasikan kenaikan tahun depan. Ada pembicaraan yang lebih kecil, imbal hasil naik, dan risiko ekuitas kembali. Komoditas lain memainkan inflasi yang jauh lebih baik, seperti kapas dan tembaga," ujar Streible, seperti dikutip dari Kitco, Senin (18/10/2021).

"Emas memiliki begitu banyak resistansi di harga USD 1.800, USD 1.805, dan USD 1.815. Level kritis yang harus dipertahankan adalah USD 1.750. Jika kita menembus harga itu, maka kita bisa melihat harga emas akan terus turun ke USD 1.720 dan USD 1.685," bebernya.

kepala strategi global TD Securitiesm Bart Melek menyebutkan bahwa sebagian besar kecemasan yang terjadi pada harga emas saat ini dapat dikaitkan dengan perkembangan teknis. Menurutnya, emas bereaksi terhadap kenaikan penjualan ritel.

"Yang penting, secara teknis, harga tidak melewati USD 1.800. Emas naik tepat di atas USD 1.796, yang merupakan rata-rata pergerakan selama 200 hari tetapi gagal untuk dihilangkan. Dan itu memberi seseorang izin untuk menjual lagi," jelas Melek.

"Ini adalah kombinasi dari kegagalan untuk meyakinkan bergerak di atas level teknis utama dan kurva imbal hasil meningkat, dengan imbal hasil 10-tahun naik. Dolar AS juga melambung," imbuhnya.

Sedangkan berdasarkan hasil survei harga emas Kitco menunjukkan bahwa dari 13 analis yang berpartisipasi. Dari jumlah tersebut, opini hampir terbagi rata. Sebanyak 38,5 persen bullish, lalu 38,5 persen bearish, dan 23 persen memilih netral.

Sisi Main Street atau pelaku pasar tetap lebih optimis. Dari 1.425 investor ritel yang berpartisipasi, sebanyak 68 persen optimis. Lalu 19 persen  bearish, dan 13 persen netral. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.