Sukses

Ekonomi China Melambat Jadi Hanya 4,9 Persen, Diduga Akibat Krisis Listrik

Banyak pabrik di China yang harus menghentikan produksi mereka pada akhir bulan September karena lonjakan harga batu bara dan kekurangan listrik

Liputan6.com, Jakarta - Di kuartal III 2021, pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto atau PDB China melambat hanya mencapai 4,9 persen. Ini karena aktivitas industri naik kurang dari harapan pada September 2021.

Biro Statistik Nasional China mengatakan bahwa PDB tumbuh 4,9 persen pada kuartal ketiga dari 2020 lalu, yang tidak sesuai ekspektasi untuk ekspansi 5,2 persen.

Sementara itu, produksi industri di China naik 3,1 persen pada September 2021 - di bawah 4,5 persen yang diperkirakan oleh analis kantor berita Reuters.

"Sejak memasuki kuartal ketiga, risiko dan tantangan domestik dan luar negeri telah meningkat," kata Fu Linghui, juru bicara Biro Statistik Nasional, pada konferensi pers yang disampaikan dalam bahasa Mandarin, menurut terjemahan CNBC, Senin (18/10/2021).

Krisis energi listrik memiliki dampak tertentu pada produksi normal, menurut Fu Linghui, tetapi dia menambahkan bahwa dampak ekonomi "dapat dikendalikan."

Banyak pabrik di China yang harus menghentikan produksi mereka pada akhir bulan September karena lonjakan harga batu bara dan kekurangan listrik mendorong pemerintah setempat untuk secara tiba-tiba memutus aliran listrik.

Pemerintah pusat sejak itu menekankan akan meningkatkan pasokan batu bara dan memastikan ketersediaan listrik.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kekhawatiran Terkini di Sektor Bisnis Properti

Investasi aset pada kuartal tiga pertama tahun ini melemah dari yang diharapkan, menurut data dari Biro Statistik Nasional China.

Investasi naik hanya naik 7,3 persen dari tahun lalu dibandingkan dengan angka 7,9 persen yang ditargetkan.

"Aktivitas investasi telah melemah sebagai akibat dari kondisi kredit yang ketat," kata Chaoping Zhu, ahli strategi pasar global di J.P. Morgan Asset Management.

Zhu memperkirakan bahwa investasi aset di China tetap turun 2,5 persen pada bulan September dari tahun lalu, terutama terseret oleh penurunan 3,5 persen dalam investasi real estat.

Real estate dan industri terkait menyumbang sekitar seperempat dari PDB China, menurut perkiraan Moody's analytics.

Dalam 18 bulan terakhir, Beijing telah meningkatkan upayanya untuk mengurangi ketergantungan pengembang pada utang.

Perjuangan raksasa properti China, Evergrande mulai pada bulan Agustus, ketika perusahaan itu memperingatkan gagal bayar utang dan kemudian melewatkan pembayaran kepada investor dalam utang luar negeri - dengan mata uang dolar AS.

Bank sentral China menyebut bahwa utang Evergrande sebagai kasus yang unik dan sebagian besar pengembang memiliki operasi yang stabil.

Biro statistik mencatat ada perlambatan kontribusi sektor real estat di China terhadap perekonomian pada kuartal ketiga.

Di sisi lain, data terbaru menunjukkan aktivitas belanja konsumen masih bertahan, meskipun ada pembatasan terkait virus corona, dan penurunan bulanan keempat dalam penjualan mobil.

Sementara penjualan ritel melampaui ekspektasi - naik 4,4 persen pada September dari tahun lalu. 

Tingkat pengangguran perkotaan di China pada September 2021 adalah 4,9 persen. Namun, jumlah pengangguran warga berusia 16 hingga 24 tahun tetap jauh lebih tinggi, yaitu 14,6 persen.

3 dari 3 halaman

Infografis Negara Pertama Suntik Vaksin Covid-19, Inggris atau China?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.