Sukses

Pemerintah Harus Respons Cepat Kelangkaan Solar Subsidi

Kenaikan konsumsi Solar subsidi disebabkan oleh perekonomian yang mulai bergairah saat pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah harus merespons dengan cekat kelangkaan Solar subsidi di sejumlah wilayah. Caranya  dengan memperketat peyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut agar digunakan oleh pihak yang berhak.

Direktur Executive Energy Watch mengatakan, saat ini pengawasan terhadap penyaluran Solar subsidi masih longgar, sehingga semua jenis kendaraan bebas menggunakan bahan bakar tersebut. Hal ini yang menyebabkan kouta Solar subsidi melonjak dari batas yang ditentukan.

"Pemerintah harus mengevaluasi terkait dengan tidak adanya pembatasan pengguna Solar subsidi ini," kata Mamit di Jakarta, Minggu (17/10/2021).

Menurut Mamit, pemerintah harus mengambil langkah tegas, menetapkan kembali jenis kendaraan yang boleh menggunakan Solar subsidi, bukan membatasinya dalam jumlah volume pembelian Solar subsidi.

"Para pengusaha tambang, pengusaha perkebunan, mobil pribadi yang mewah semua bisa membeli Solar subsidi tanpa ada larangan yang jelas. Hanya saja dibatasi maksimal 30 liter per hari per kendaraan, ini jelas salah. Harusnya Solar subsidi itu untuk angkutan umum, angkutan sembako dan juga angkutan lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak,” tutur Mamit.

Mamit melanjutkan, kenaikan konsumsi Solar subsidi juga disebabkan oleh perekonomian yang mulai bergairah saat pandemi Covid-19. Pemerintah juga harus memperhatikan kondisi ini, dengan memastikan Kecukupan kuota Solar subsidi.

"Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan dan BPH Migas harus segera bertindak cepat, dengan segera menyetujui atau meminta kepada Pertamina menambah kouta Solar subsidi dan kelebihan kouta tersebut akan di bayarkan dalam APBN 2022 sehingga tidak menimbulka kepanikan di masyarakat karena kelangkaan ini," tutur Mami.

Di sisi lain, Mamit memandang Pertamina dalam hal ini sub holding Pertamina Patra Niaga (PPN) menjaga agar sisa kouta yang ditetapkan oleh Pemerintah dan BPH Migas cukup sampai akhir tahun 2021 ini.

“Pertamina pastinya akan menyesuaikan sisa kouta setiap propinsi agar tidak melebihi batas yang ditentukan. Pertamina tidak bisa serta merta menambah kouta tanpa ada persetujuan ataupun perintah dari Pemerintah dan juga BPH Migas untuk menambah jumlah solar subsidi yang beredar karena terkait dengan penggantian dana subsidi yang diterima oleh Pertamina,” tutup Mamit.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BBM di Sejumlah SPBU Medan dan Deli Serdang Kosong

BBM di sejumlah SPBU di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut) kosong, terutama BBM jenis Pertalite, Solar, dan Premium.

Pantauan Liputan6.com di kawasan Jalan Medan-Binjai, Deli Serdang, mengarah ke Jalan Gatot Subroto, Medan, tampak sejumlah SPBU yang ada dipadati oleh antrean kendaraan bermotor, mulai dari roda dua, roda empat hingga lebih.

Seorang pengendara kendaraan bermotor jenis Colt Diesel, Amran mengatakan, sudah mengantre sekitar 45 menit untuk mendapatkan BBM jenis Solar di SPBU Sei Semayang. Amran mengaku hendak menuju ke Kota Binjai.

"Saya angkat barang dari Medan ke Binjai. Mau isi Solar, eh ngantre panjang kali. Tidak hanya di sini, di beberapa SPBU yang saya lewati juga antre, bahkan ada yang gak ada stok Solar," kata Amran, warga Sunggal, Deli Serdang, Kamis (14/10/2021).

Selain di SPBU Sei Semayang, di SPBU Jalan Medan-Binjai Km 12 tampak sepi dikarenakan terjadi kekosongan BBM jenis Bio Solar dan Pertalite. Selain itu, di SPBU Kampung Lalang, Jalan Gatot Subroto, Medan, tampak plang bertuliskan "Solar Dalam Perjalanan".

Menurut seorang sopir angkutan kota (angkot) Ramli yang ditemui di seputaran SPBU Kampung Lalang mengatakan, selain Solar, Pertalite juga agak susah didapatkan dalam beberapa hari terakhir di SPBU tersebut.

"Memang lagi agak susah, mau Solar, Premium, apalagi Pertalite. Nanti mau ngantre panjang di SPBU itu. Kalau aku, memang jurusan angkotku lewat sini, jadi sering aku ngisi (BBM) di situ," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini