Sukses

Cerita UMKM Sepatu Lokal Pantang Menyerah Hadapi Pandemi

Pada 2020 yang lalu industri sepatu di Indonesia berhasil mengalami pertumbuhan hingga 8,97 persen untuk permintaan ekspor.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mencatat, pada 2020 yang lalu industri sepatu di Indonesia berhasil mengalami pertumbuhan hingga 8,97 persen untuk permintaan ekspor.

Menurut Aprisindo salah satu penyebab meningkatnya ekspor sepatu adalah perkembangan tren olahraga selama pandemi di seluruh dunia.

Sejalan dengan hal tersebut, pada era media sosial saat ini, fesyen menjadi semakin penting untuk menguatkan jati diri. Salah satu konsep diri yang muncul akibat tren fesyen di media sosial adalah hypebeast.

Konsep ini umumnya dilekatkan pada mereka yang gemar menggunakan fesyen item unik dan kekinian ala streetwear, mulai dari pakaian, aksesoris hingga sneakers.

Awalnya, istilah ini hanya merujuk pada penggunaan fashion item brand-brand ternama dari luar negeri, seperti Supreme, BAPE, Stussy, Off White, dan sebagainya. Namun semakin ke sini, pasar yang didominasi generasi Z ini juga mulai memperhatikan prinsip dan idealisme yang diusung oleh suatu brand.

Itulah mengapa sekarang banyak ditemukan komunitas hypebeast pada fesyen item keluaran dalam negeri dengan keunikan dan kedekatan emosi tersendiri dengan pasar lokal. Bahkan komunitas hypebeast lokal pun tidak kalah militan dengan brand impor.

Berangkat dari pengamatan ini, Sigap Group menghadirkan Co.Fit Footwear, produk sneaker lokal asli Surabaya, yang siap bersaing dengan berbagai brand lokal lainnya memeriahkan skena sneakers hypebeast di Indonesia.

Owner Co.Fit Hermawan Sulistyo melihat adanya trend yang menarik di tengah pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari setahun ini. Pandemi meningkatkan kesadaran masyarakat di perkotaan khususnya akan isu kesehatan.

Salah satu buktinya dapat dilihat dari meningkatnya popularitas beberapa aktivitas olahraga seperti cycling, running, dan personal work-out selama pandemi.

Berdasarkan data riset Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), jumlah pesepeda meningkat hingga 1.000 persen di Jakarta selama pandemi. Meskipun begitu, tetap ada kebutuhan untuk tampil fashionable dan menunjang penampilan mereka saat berolahraga demi eksistensi di media sosial.

Iwan, sapaan Hermawan Sulistyo, melihat hal ini sebagai kesempatan yang tidak boleh diabaikan begitu saja dan melahirkan Co.Fit sebagai jawabannya.

Pandemi Covid-19 membuat gaya hidup masyarakat urban menjadi gemar berolahraga. Karenanya berbicara tren sepatu saat ini, lebih kepada model sepatu yang ringan, mudah dipadupadankan dengan berbagai outfit tanpa meninggalkan fashion value,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bantu Pekerja Industri Sepatu

Bahkan salah satu alasan kuat Iwan akhirnya terjun ke dunia sepatu adalah karena ingin membantu para pekerja di industri sepatu yang terdampak pandemi.

“Sebagai pengusaha, kita tidak boleh hanya memikirkan bisnis atau untung rugi saja, tapi juga harus mempunyai simpati & empati terhadap dunia usaha, khususnya nasib para pekerja. Sederhananya, selama para buruh dapat bekerja maka mereka dapat menghidupi keluarganya, tapi jika tidak maka siapa yang akan peduli," jelas dia.

Co.Fit Footwear menargetkan pasar di usia 15-45 tahun, dengan range harga Rp 240.000-290.000 untuk sepatu, sedangkan slippers Co.Fit di harga Rp105.000 yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu, Co.Fit Footwear juga terus mengadakan berbagai promo di marketplace sebagai bagian dari strategi pemasarannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.