Sukses

Harga Minyak Naik ke Posisi Tertinggi dalam 6 Pekan

Harga minyak tetap naik meskipun OPEC memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal terakhir 2021 karena varian Delta coronavirus.

Liputan6.com, New York - Harga minyak naik ke level tertinggi dalam enam minggu dipicu melambatnya produksi minyak di Amerika Serikat setelah Badai Ida menghantam Pantai Teluk. Serta kekhawatiran badai lain dapat mempengaruhi produksi di Texas minggu ini.

Harga minyak tetap naik meskipun Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal terakhir 2021 karena varian Delta coronavirus.

Melansir laman the Star, Selasa (14/9/2021), harga minyak Brent berjangka naik 59 sen, atau 0,8 persen menjadi USD 73,51 per barel.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 73 sen, atau 1,1 persen menjadi USD 70,45 per barel.

Itu merupakan penutupan harga minyak Brent tertinggi sejak 30 Juli dan penutupan tertinggi WTI sejak 3 Agustus.

"Dampak Badai Ida berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan pasar dan karena beberapa kapasitas produksi minyak tetap ditutup minggu ini, harga naik karena pasokan tidak dipulihkan dan oleh karena itu tidak mencapai kilang yang telah memulai kembali operasi lebih cepat daripada produsen," kata Analis Pasar Minyak di Rystad Energy, Nishant Bhushan.

Gangguan cuaca buruk kemungkinan sudah dekat, di mana Pusat Badai Nasional AS memproyeksikan Badai Tropis Nicholas akan mengikis sepanjang pantai Texas Selatan dan mendarat di dekat Corpus Christi.

Royal Dutch Shell mulai mengevakuasi staf dari anjungan minyak Teluk Meksiko AS dan perusahaan lain mulai bersiap menghadapi angin topan.

Meskipun OPEC mengatakan pemulihan permintaan minyak lebih lanjut akan tertunda hingga tahun depan ketika konsumsi akan melebihi tingkat pra-pandemi, analis mencatat OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, masih meningkatkan produksi.

"Meskipun risiko jangka pendek terhadap prospek permintaan, OPEC+ terus meningkatkan produksinya sebesar 400.000 barel per hari setiap bulan, sejalan dengan apa yang disepakati pada Juli," kata Craig Erlam, analis pasar senior, Inggris & EMEA di OANDA.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Produksi Minyak AS

Selain perkiraan permintaan OPEC, faktor bearish lainnya yang membebani kenaikan harga minyak, termasuk kenaikan produksi minyak serpih AS.

Potensi peningkatan pasokan dari rencana pelepasan minyak dari cadangan strategis di Amerika Serikat dan China, dan kemungkinan Iran bisa lebih dekat. 

Produksi minyak AS dari tujuh formasi serpih utama diperkirakan akan meningkat sekitar 66.000 barel per hari pada Oktober menjadi 8,1 juta barel per hari, tertinggi sejak April 2020.

Ini menurut laporan produktivitas pengeboran bulanan Administrasi Informasi Energi.

Para pedagang mencatat rencana pelepasan minyak dari cadangan strategis China dapat meningkatkan pasokan yang tersedia di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.

Pemerintah AS setuju untuk menjual minyak mentah dari cadangan darurat negara kepada delapan perusahaan termasuk Exxon Mobil, Chevron dan Valero, di bawah lelang yang dijadwalkan untuk mengumpulkan uang untuk anggaran federal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.